2 Atlet Tinju yang Dituduh Transgender Perebutkan Medali Emas Olimpiade Paris 2024

PARIS, LIVE – Dua atlet tinju putri yang dituding transgender sama-sama akan bersaing memperebutkan medali emas di Olimpiade Paris 2024. Hasil tersebut ditandai dengan kemenangan mereka di babak semifinal yang berlangsung pada Rabu 7 Agustus 2024.

Kedua atlet yang dimaksud adalah Lin Yu Ting, petinju putri asal Taiwan, dan Imane Khelief asal Aljazair. Keduanya sama-sama meraih kemenangan besar atas lawannya di babak semifinal.

Khalif pertama kali memastikan dirinya melaju ke kompetisi tinju putri papan atas Olimpiade Paris 2024 setelah mengalahkan lawannya Janjem Suwanafeng dari Thailand. Pada laga yang digelar Rabu 7 Agustus 2024 itu, Khaleef menang besar dengan skor 5-0.

Sementara itu, Lin Yu-ting berhasil merebut tiket Final Tinju Putri WIB pagi tadi, Kamis 8 Agustus 2024. Ia pun mencetak kemenangan 5-0 atas petinju putri asal Turki, Esra Yildiz Kahraman.

Baik Lin Yu-ting maupun Imane Khelief kini akan bersaing memperebutkan medali emas Olimpiade Paris 2024, namun keduanya tidak akan bertemu di ring yang sama. Pasalnya kedua petinju tersebut berada di kelas yang berbeda.

Lin bertarung di kategori kelas bulu 57 kilogram (kg), sedangkan Khilaif tampil di kategori kelas menengah 66 kg putri. Lin menghadapi Julia Zeremeta dari Polandia pada final pada Minggu, 11 Agustus 2024 di Stadion Roland-Garros, Prancis.

Khalif ditantang oleh petinju wanita Tiongkok Yang Liu di final. Pertemuan tersebut akan digelar pada Sabtu 10 Agustus 2024 di Stadion Roland-Garros, Prancis.

Seperti diketahui, kedua atlet tersebut dituding sebagai transgender. Hal itu tercermin dari hasil uji coba Asosiasi Tinju Internasional (IBA) pada kejuaraan dunia 2023 yang menyingkirkan Lin dan Khelief. Pasalnya, dua petinju wanita tersebut dikabarkan memiliki hormon testosteron yang tinggi.

Namun Komite Olimpiade Internasional (IOC) membantahnya. Ia mengatakan, IBA melakukan tes sewenang-wenang

“Sekitar akhir Kejuaraan Dunia IBA 2023, mereka (Lin dan Khelief) tiba-tiba didiskualifikasi tanpa proses hukum,” demikian bunyi pernyataan IOC yang dikutip BBC beberapa hari lalu.

“Serangan yang dilakukan saat ini terhadap kedua atlet tersebut sepenuhnya didasarkan pada keputusan sewenang-wenang tersebut, tanpa diikuti proses yang semestinya – apalagi mengingat kedua atlet tersebut telah berkompetisi di level tertinggi selama bertahun-tahun,” lanjutnya

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *