3 Faktor Cegah Operasi Intelijen Siber, Jangan Terbalik

VIVA Tekno – Tren keamanan siber​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​ Memiliki organisasi untuk bertindak cepat karena mereka sekarang perlu melindungi diri mereka dalam digital yang serba cepat lingkungan, tingginya permintaan akan keterampilan dan sumber daya di tengah ketidakpastian lingkungan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Kekuatan internet dan ancaman yang ditimbulkannya telah mengubah cara kerja intelijen. Ancaman terhadap keamanan nasional sangat nyata.

Intelijen adalah kemampuan untuk menghitung kemungkinan atau probabilitas ancaman yang diprediksi. Musuh tidak segan-segan mengambil apa yang dibutuhkan dari negara lain.

Sedangkan intelijen di era transformasi digital saat ini merupakan kombinasi multidisiplin yaitu serangan siber, keamanan digital, pengumpulan sumber terbuka, ilmu data, kecerdasan buatan (AI), dan teknologi informasi.

Indonesia tidak bisa lepas dari ancaman perang siber. Direktur Intelijen Siber Spentera Royke Tobing mengatakan ada tiga faktor kunci untuk menjaga keseimbangan keamanan siber dalam sistem di tengah meningkatnya kasus kejahatan siber dalam beberapa tahun terakhir.

Ketiganya adalah manusia, proses, dan teknologi. Di antara ketiga faktor penting tersebut, menurut Royke, kepribadian merupakan faktor yang paling membedakan dibandingkan faktor lainnya.

Siapapun, baik individu maupun kelompok keamanan siber, dapat menjadi lubang pertama jika tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang penggunaan teknologi atau metode kejahatan siber.

“Bahkan di negara maju seperti Amerika Serikat (AS) yang sudah memiliki good practice dan teknologi, cybercrime masih terus terjadi. Karena kesenjangan ‘people’ masih terbuka,” ujarnya, Sabtu, 27 April 2024.

Meningkatkan kesadaran keamanan siber di kalangan setiap orang dapat membantu menjaga stabilitas keamanan siber sistem.

Setelah menetapkan data masyarakat sebagai landasan utama untuk menjamin stabilitas keamanan siber, faktor selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah operasionalnya.

Seiring dengan alasan operasional, perusahaan sedang mempersiapkan rencana untuk memastikan bahwa sistem keamanan sibernya dapat diandalkan dan melakukan mitigasi jika terjadi pelanggaran kepercayaan dalam praktiknya.

Langkah lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan melakukan uji penetrasi (resistance test) pada sistem keamanan siber yang digunakan.

Dalam industri perbankan Indonesia, analisis stres merupakan faktor lain yang perlu dipertimbangkan.

Ketentuan untuk menjamin keamanan sistem oleh lembaga ini diperkuat dengan adanya pedoman berupa Surat Edaran (SE) Otoritas Jasa Keuangan nomor 29/SEOJK.03/2022 tentang Siber ​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​dan keamanan untuk bisnis. bank.

Terakhir, untuk menjaga stabilitas keamanan siber sistem, diperlukan perhatian khusus terhadap detail teknis.

Pastikan teknologi yang digunakan dalam sistem harus versi terbaru, misalnya pada perangkat seperti ponsel, tablet, laptop, atau komputer pribadi (PC).

Menggunakan teknologi terkini tidaklah terlalu penting, karena produsen terus meningkatkan produk mereka untuk memecahkan masalah, yang mungkin meningkat seiring bertambahnya pengguna.

“Ketiga poin ini harus diperhatikan secara tertib. Jangan ditaruh kembali. Beli dulu peralatannya, pikirkan proses dan orangnya. Kalau tidak dilakukan secara tertib, nanti jadi masalah,” kata Royke, mengingatkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *