Titik Kumpul – TNI Angkatan Udara dan Royal Malaysian Air Force (TUDM) melakukan operasi keamanan bersama di sepanjang perbatasan udara kedua negara.
Dalam operasi bertajuk Patkor Malindo Seri II/2024 tersebut, angkatan udara kedua negara fokus melakukan patroli bersama di langit Selat Malaka, jalur perdagangan tersibuk di dunia.
TNI AU mengerahkan armada tempur sebanyak 12 skuadron udara Macan Hitam. Sedangkan Skuadron 18 TUDM mengerahkan armada Butterworth.
Meski hanya patroli, Malaysia sepertinya tak akan main-main. Mereka terbukti menampung jet tempur termahal TUDM. Dua pesawat multiperan supersonik yang dibeli Amerika Serikat adalah Boeing F/A-18D Hornet.
Sementara TNI yang dipimpin Letkol Pnb Made “Heimdall”, Komandan Skuadron Udara 12, menerbangkan tiga pesawat British Hawk 109/209 yang dibeli pada tahun 1997.
Lima pesawat terbang bersama dari Pangkalan TNI AU Roemin Nurjadin di Indonesia. Mereka kemudian mengitari wilayah udara internasional di atas Selat Malaka. Lima pesawat terbang bersama.
Menurut Komandan Lanud Roesmin Nurjadin, Marsekal Pertama TNI Feri Yunaldi, TNI Titik Kumpul, Rabu 20 November 2024, patroli gabungan ini akan menjaga kawasan perbatasan di Selat Malaka dari potensi ancaman dan gangguan serta mempererat interaksi antar pasukan. udara Indonesia. Tujuan paksa. Angkatan dan TUDM.
Operasi gabungan ini juga menjadi simbol kekuatan Indonesia dan Malaysia dalam menjaga kedaulatan wilayah udara, khususnya di perbatasan, kata Marsma TNI Feri Yunaldi.
Perlu diketahui, kedua pesawat yang dikerahkan TUDM tersebut bukan sekadar mesin tempur udara sembarangan. Malaysia menjadi negara pertama yang membelinya di Asia Tenggara. Pesawat ini diakuisisi oleh tetangganya Boeing (sebelumnya McDonnell Douglas-red) pada tahun 1993 dan resmi diakuisisi pada tahun 1997 seharga US$41 juta atau Rp650,9 miliar.
Baca: Tenang, Cepat… Kopassus TNI Eksekusi Separatis di Hutan Papua
