JAKARTA, Titik Kumpul – Transformasi digital semakin mengubah cara berbisnis di semua sektor di Indonesia.
Dunia usaha dan individu terus menghadapi berbagai ancaman dunia maya yang membahayakan data berharga, mengganggu operasional dan layanan, serta melemahkan infrastruktur penting.
Perusahaan keamanan siber global Kaspersky mengungkapkan dalam laporan keamanan triwulan ketiga tahun ini bahwa 4.616.837 serangan berbasis web terdeteksi dan berhasil diblokir.
Ini menempatkan Indonesia di peringkat 103. Ancaman menjadi lebih canggih seiring dengan berkembangnya pelaku ancaman untuk melewati analisis dan simulasi statis serta menguraikan kode berbahaya.
Untuk bertahan melawan ancaman-ancaman ini memerlukan solusi keamanan yang andal dan kuat yang menggunakan pendekatan berdasarkan pembelajaran mesin aktif (ML) dan analisis perilaku untuk mendeteksi dan menangkal serangan saat itu juga.
Selain itu, pada kuartal ketiga tahun ini, produk Kaspersky juga mendeteksi 9.307.255 insiden lokal pada komputer peserta KSN di Indonesia, sehingga menempatkan negara ini pada peringkat ke-69 secara global.
Sebagian besar kejadian ini adalah worm dan virus file. Data ini menunjukkan prevalensi serangan malware yang menyebar melalui drive USB yang dapat dilepas, CD dan DVD, serta metode “offline” lainnya.
Serangan siber akan terus menyasar individu dan bisnis dalam segala bentuk dan ukuran, jadi ini merupakan perkembangan yang baik bagi bisnis dan konsumen untuk secara bertahap merangkul digitalisasi, menurut General Manager Kaspersky Asia Tenggara Ye Siang Tiong.
Ia mengakui negara telah menyaksikan kemajuan teknologi seperti bioteknologi dan kecerdasan buatan (AI).
Pengambilan keputusan berdasarkan data juga berkembang melampaui departemen TI perusahaan dengan keterlibatan yang lebih aktif dari para eksekutif tingkat C.
Ia mengatakan pada hari Senin, 25 November 2024: “Meskipun tren saat ini membawa peluang dan perkembangan, tren tersebut harus didekati dengan tingkat kehati-hatian yang sama seperti penjahat dunia maya yang menunggu untuk mengeksploitasi tren berikutnya.”