5 Negara dengan Etos Kerja Tertinggi di Asia: Siapakah Juaranya?

VIVA – Asia terkenal dengan budaya kerja yang kuat dan komitmen kerja yang tinggi. Dikutip dari Insider Monkey: Berikut lima negara Asia yang punya reputasi sebagai negara pekerja paling keras. Mongolia

Tren kemacetan di Mongolia dapat disebabkan oleh berbagai faktor budaya dan ekonomi yang mengakar kuat dalam sejarah Mongolia. Warisan nomaden Mongolia memunculkan etos kerja yang kuat di mana ketahanan dan daya tahan sangat penting untuk bertahan hidup di lingkungan yang keras.

Selain itu, transisi dari sistem sosialis ke ekonomi pasar pada tahun 1990an membawa perubahan sosial ekonomi yang signifikan. Tekanan untuk beradaptasi dengan pasar kompetitif modern yang disebabkan oleh globalisasi telah menyebabkan jam kerja lebih panjang dan peningkatan permintaan akan pekerjaan.

Selain itu, nilai-nilai tradisional Mongolia menekankan ketekunan dan dedikasi, yang sering kali diwujudkan dalam harapan masyarakat untuk memprioritaskan pekerjaan daripada kesejahteraan pribadi. Hal ini terutama terlihat pada sektor-sektor seperti pertambangan dan pertanian, yang merupakan sektor penting bagi perekonomian negara.

Selain itu, terbatasnya kesempatan kerja dan ketidakamanan ekonomi memaksa banyak orang Mongolia bekerja tanpa kenal lelah untuk mencari nafkah, sehingga turut melanggengkan budaya kerja berlebihan. 4. Libanon

Mengingat ketidakstabilan politik dan tantangan ekonomi di masa lalu, individu sering kali merasa tertekan untuk bekerja lebih keras guna menjaga stabilitas keuangan dan status sosial di Lebanon.

Selain itu, norma budaya menghargai kerja keras dan dedikasi, menciptakan lingkungan kompetitif yang menciptakan persepsi bahwa kesuksesan akan membutuhkan waktu yang lama. Selain itu, undang-undang ketenagakerjaan yang tidak memadai juga berkontribusi terhadap kerja berlebihan.

Di Lebanon, pekerja biasanya bekerja hingga 8 jam per hari, sehingga totalnya menjadi 48 jam per minggu. Namun aturan memperbolehkan jam kerja diperpanjang maksimal 12 jam per hari. Selama lembur, karyawan berhak mendapat satu setengah kali upah normal per jamnya 3 Qatar

Di Qatar, budaya kerja keras dipadukan dengan rasa takut akan kerja berlebihan, yang khususnya terlihat di Qatar Airways. Pilot maskapai penerbangan pemerintah mengeluhkan jam kerja mereka yang ditetapkan terlalu rendah, sehingga menimbulkan risiko kelelahan dan keselamatan.

Meskipun tenaga kerjanya sangat efisien, Qatar Airways tampaknya memprioritaskan meminimalkan waktu henti kru dibandingkan memastikan istirahat yang cukup, sebuah praktik yang membahayakan kesejahteraan karyawan dan keselamatan penumpang.

Kelelahan adalah masalah yang diakui secara global di kalangan pilot pesawat komersial dan terdapat langkah-langkah yang dilakukan untuk mengurangi risiko ini. Namun, sistem pengendalian kelelahan pilot Qatar Airways tampaknya tidak memadai, dengan adanya laporan manipulasi catatan penerbangan dan pengabaian keluhan yang menimbulkan kekhawatiran.2. Uni Emirat Arab

Masyarakat Uni Emirat Arab dikenal karena dedikasi dan kerja keras mereka yang tak tertandingi, sehingga memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan dan kemakmuran negara. Statistik menunjukkan bahwa hampir separuh pekerja di UEA menghabiskan lebih dari 49 jam di kantor setiap minggunya dan melakukan rata-rata 52,6 jam kerja berbayar per minggu, menjadikan mereka salah satu pekerja paling keras di dunia.

Dalam studi yang dilakukan oleh Business Name Generator, Uni Emirat Arab menduduki peringkat ketiga negara pekerja paling keras di dunia, hal ini menunjukkan etos kerja yang kuat di negara tersebut. Orang-orang pekerja keras ini sering kali melakukan lebih dari yang diharapkan, mengorbankan waktu pribadi dan aktivitas waktu luang mereka untuk memenuhi kewajiban profesional mereka. Bhutan

Lanskap perekonomian Bhutan didominasi oleh pertanian dan dicirikan oleh pertanian skala kecil. Waktu berjam-jam dan daya tahan sering kali dibutuhkan untuk mencapai hasil di medan yang menantang. Selain itu, transisi Bhutan menuju modernisasi telah meningkatkan tekanan persaingan di pasar global, yang mengakibatkan peningkatan beban kerja bagi banyak orang.

Namun, budaya kerja keras ini terkadang dapat menyebabkan kerja berlebihan, seperti yang terjadi di sektor-sektor seperti pertanian dan pariwisata. Meskipun terdapat upaya untuk meningkatkan keseimbangan kehidupan kerja melalui langkah-langkah seperti Inisiatif Kebahagiaan Nasional Bruto (Gross National Happiness Initiative), tantangan masih tetap ada. Dengan rata-rata 54,4 jam kerja per orang, Bhutan merupakan negara dengan pekerja paling keras di Asia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *