5 Tradisi Unik Ramadhan Belahan Dunia, Ada yang Bikin Merinding

VIVA Lifestyle –  Menyambut bulan Ramadhan, bulan yang penuh kegembiraan, ada sejumlah tradisi unik yang dilakukan di berbagai belahan dunia.

Mulai dari menandai awal sahur dengan dibunyikannya gendang, merayakan dengan tembakan meriam, diakhiri dengan mendekorasi rumah dengan lampion yang indah.

Tradisi kuno ini melambangkan semangat persatuan dan solidaritas di kalangan umat Islam. Namun, apa saja tradisi tersebut? Berikut penjelasan lebih detailnya : 1. Tradisi kebangkitan Sakhur

Tradisi aslinya berasal dari Indonesia, dimana sahur diawali dengan pemukulan bedug sebagai tanda waktu di bulan Ramadhan. Gendang adalah salah satu jenis gendang yang terbuat dari kayu dan kulit binatang, biasanya dipukul dengan tongkat kayu.

Selama bulan Ramadhan, kegiatan ini sering dilakukan oleh pengurus pemuda setempat atau pengurus masjid yang bertugas mengingatkan mereka akan waktu Sahur. Biasanya bedug ditabuh saat berkeliling desa atau perkampungan agar penduduknya lebih cepat bangun dan makan sahur sebelum waktu imsak.

Meskipun Indonesia punya tradisi menabuh bedug, negara lain juga punya cara unik untuk bangun sahur. Misalnya, di Maroko, orang-orang dibangunkan oleh terompet, dan di Yaman, menurut tradisi, mereka mengetuk pintu tetangganya2. Mereka menyanyikan lagu-lagu tradisional

Selain itu, ada tradisi unik selama bulan Ramadhan yang dilakukan masyarakat Muslim Albania di Roma dengan menyanyikan lagu-lagu daerah secara bersama-sama.

Nyanyian ini digunakan untuk mengumumkan awal dan akhir puasa dengan lagu-lagu daerah.

Selama berabad-abad, komunitas Muslim Skotlandia yang bernyanyi berbaris melalui jalan-jalan warra-wiri, memainkan lodra, drum silinder berkepala dua yang dilapisi kulit domba atau kambing.3. Menembak dari pistol

Menembak meriam cukup terkenal sebagai tradisi yang selalu dilakukan di banyak negara di Timur Tengah, termasuk Lebanon. Namun, senjata itu menghilang pada tahun 1983 setelah invasi yang salah mengira meriam sebagai senjata.

Namun tradisi ini berhasil dihidupkan kembali oleh tentara Lebanon pasca perang dan berlanjut hingga saat ini. Menembakkan meriam merupakan tradisi yang diadakan untuk menandai berbuka puasa.

Secara historis, penembakan meriam, juga dikenal sebagai midfa al iftar, terjadi pertama kali di Mesir lebih dari 200 tahun yang lalu pada masa pemerintahan Ottoman Hosh Kadam.

Saat itu, Kadam menemukannya secara tidak sengaja saat sedang menguji meriam baru saat matahari terbenam. Suara setelah tembakan meriam bergema di seluruh Kairo.

Akhirnya, hal ini membuat banyak orang berpikir ini adalah cara baru untuk menandai berakhirnya masa Prapaskah. Banyak yang bersyukur atas penemuan mereka. Kemudian putri Kadam, Haja Fatma, mendorongnya untuk menjadikannya sebuah tradisi.4. Piknik

Tradisi unik berikutnya datang dari kota Delhi di India dengan piknik buka puasa. Menariknya, praktik Islam dan Hindu berbaur di wilayah ini. Oleh karena itu, piknik buka puasa yang diadakan selama bulan Ramadhan tidak hanya dilakukan oleh umat Islam, tetapi juga oleh perwakilan beberapa agama lain.

Piknik buka puasa biasanya diadakan di luar setelah matahari terbenam, ada pula yang melakukannya di teras masjid. Tujuan dari tradisi ini adalah untuk berbuka puasa bersama.

Tidak hanya di India, saat ini ngobrol bersama sering dilakukan bersama-sama dan menjadi momen silaturahmi dengan keluarga, rekan kerja, pertemuan sekolah, dan lain-lain.5. Hiasi jalan dengan lentera

Setiap tahunnya, masyarakat Mesita biasanya menyambut bulan suci Ramadhan dengan menyalakan kipas angin atau lampion warna-warni yang melambangkan kegembiraan dan persatuan.

Meski lebih bersifat budaya daripada religius, penyalaan lentera sangat erat kaitannya dengan Ramadhan, yang memiliki makna spiritual.

Menelusuri sejarah, tradisi ini diyakini dimulai pada masa Dinasti Fatimiyah, ketika masyarakat Mesir menyambut kedatangan Khilafah Al-Muizz Li-Din Allah di Kairo pada hari pertama Ramadhan.

Untuk memastikan jalan terang bagi pendeta, pihak militer meminta warga setempat untuk membawa lilin di sepanjang jalan yang gelap, dalam bingkai kayu, agar terlindung dari api.

Belakangan, bingkai kayu tersebut berevolusi menjadi lentera bermotif, dan kini secara tradisional dipajang di seluruh negeri untuk menerangi bulan suci Ramadhan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *