7 Fakta Hidup Salwan Momika, Orang Suka Bakar Quran Berujung Tewas Penuh Kejanggalan

Jakarta – Imigran Irak, Salwan Momika, yang menyebabkan keributan internasional dengan mengadakan demonstrasi pembakaran Alquran, dilaporkan meninggal di Norwegia.

Diketahui, Momika dideportasi dari Swedia karena pemerintah setempat menolak memperpanjang izin tinggalnya. Fakta Kehidupan Salwan Momika yang Gemar Membakar Alquran Hingga Akhirnya Meninggal: 1. Kabur dari Irak

Menurut Mifgyaan, Salwan Momika, lahir Salwan Sabah Matti Momika, merupakan warga negara Irak yang memutuskan meninggalkan negaranya dan mencari suaka di Swedia.

Alasan perjalanannya dari Irak ke Swedia belum terungkap sepenuhnya, namun yang jelas kedatangannya di Swedia merupakan titik balik dalam hidupnya. 2. Orang biasa

Ketika dia tiba di Swedia, Momika menetap di Kotamadya Järna di Södertälje, Kabupaten Stockholm. Dia telah tinggal di wilayah tersebut selama beberapa tahun, menjalani kehidupan yang relatif sederhana sampai sebuah insiden kontroversial mendorongnya menjadi sorotan global.

Terlepas dari kontroversi yang melingkupinya, Momika berhasil menjaga kerahasiaan tentang kehidupan pribadi dan aktivitasnya di Swedia.3. Ateis

Aspek penting dari kepribadian Momika adalah keyakinan agamanya, atau lebih tepatnya, ateisme. Meskipun berasal dari Irak yang mayoritas penduduknya Muslim, Momika menganggap dirinya seorang ateis.

Keyakinan ateistiknya berperan penting dalam keputusannya untuk membakar Al-Qur’an, yang dibenarkannya sebagai ekspresi pendapatnya terhadap teks agama Islam.

Tindakan dan pernyataannya menunjukkan bahwa ia bukan hanya seorang kafir, namun juga aktif mengkritik Islam. Hanya boneka

Momika tidak sendirian dalam kejadian ini. Pengunjuk rasa lainnya berada di lokasi dan menerjemahkan pernyataan Momika kepada penonton dan media.

Orang-orang ini memainkan peran penting dalam memastikan bahwa pesan Momika jelas dan dipahami oleh mereka yang hadir.

Identitas para pengunjuk rasa ini dan hubungan mereka dengan Momika tetap dirahasiakan, namun keterlibatan dan peran mereka dalam insiden tersebut menunjukkan bahwa protes tersebut diorganisir5. Menghadapi tuntutan hukum

Fokus utama penyelidikan adalah kedekatan Momika dengan masjid dan waktu perayaan Idul Adha, dan tindakannya merupakan “konspirasi terhadap kelompok etnis”. Momika membantah bahwa tindakannya merupakan kejahatan rasial, dan mengatakan bahwa pengadilan pada akhirnya akan memutuskan.6. Terkadang mereka diancam akan dibunuh

Konon setelah kejadian tersebut, Momika mendapat beberapa ancaman pembunuhan. Meski mendapat ancaman, ia tetap menentang, menyatakan niatnya untuk melanjutkan protesnya demi membela kebebasan berekspresi dan berbicara.

Ancaman terhadap Momika mempertegas tingginya tingkat ketegangan dan potensi kekerasan yang diakibatkan oleh tindakannya.7. Lebih memilih demokrasi

Aspek penting dari motivasi Momika adalah keyakinannya yang kuat terhadap kebebasan berpendapat dan demokrasi. Ia menilai tindakan pembakaran Al-Quran tersebut merupakan bentuk pelaksanaan hak demokrasi dan unjuk rasa kebebasan berekspresi. Sebelum melakukan kepindahannya pada 28 Juni 2023, ia berkata:

“Kami akan membakar Alquran. Kami ingin mengatakan “Bangun Swedia”. Ini adalah negara demokrasi dan berbahaya jika kita mengatakan kita tidak bisa melakukannya. Kami tidak berperang melawan umat Islam, tapi melawan ide-ide mereka. Kami tidak menentang Muslim, kami berada di pihak mereka.” Tindakan dan pernyataannya menggarisbawahi keyakinannya bahwa kebebasan berpendapat harus memungkinkan adanya kritik dan penolakan terhadap teks dan keyakinan agama.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *