Titik Kumpul – Banyak ayah di Indonesia yang hanya fokus pada aspek finansial dan fisik, sedangkan aspek emosional dan pendidikan agama pada anak seringkali terabaikan. Kurangnya pengaruh ayah ini berdampak besar pada perkembangan emosi dan spiritual. Banyak anak merasa “yatim piatu” meskipun ayah mereka tidak ada secara fisik. Akibatnya, mereka mencari cara untuk melepaskan diri dari jaringan sosial atau lingkungan negatif, yang membuat mereka lebih rentan terhadap pengaruh negatif. Dalam wawancara dengan Nikita Willi, Ustadz Bendri mengambil keputusan yang baik tentang pentingnya pendidikan agama yang baik dan keterlibatan emosional ayah dalam kehidupan anak agar anak tumbuh dengan landasan moral dan spiritual yang kuat. Kurangnya pengetahuan ayah tentang tumbuh kembang anak Banyak ayah yang tidak memahami tanda-tanda penting dalam tumbuh kembang anak, seperti mimpi basah pada anak laki-laki. Ustadz Bendri menegaskan, hal ini merupakan bagian penting dalam pendidikan seksual dan spiritual. Para ayah harus terlibat langsung dalam memberikan informasi mengenai masalah ini. Kebersihan dan Ibadah : Landasan ini sering kali terlupakan Sebelum mengajarkan ibadah, bapak harus memahami pentingnya tahara atau kebersihan. Banyak bapak-bapak yang hanya fokus pada ibadah tanpa memperhatikan aspek-aspek penting seperti mandi junub setelah melihat warna air yang sebenarnya penting sebelum melaksanakan ibadah dengan baik. Keterlibatan Psikologis: Ayah Terlibat Secara Emosional Ustadz Bendri Meskipun sebagian besar ayah hadir secara fisik, namun seringkali mereka juga terlibat secara emosional. Anak-anak diabaikan secara emosional dan ini adalah salah satu alasan paling umum mengapa mereka menjadi yatim piatu meskipun ayah mereka ada di rumah. Keterlibatan emosional sangat penting agar anak merasa didukung, terutama “Terlalu Banyak Privasi: Bahaya di Era Digital” Anak sering kali merasa memiliki terlalu banyak privasi sehingga tidak mau berbagi masalah pribadinya dengan orang tuanya. Menurut Ustadz Bendri, hal ini dapat menimbulkan dampak negatif dari konten media yang merugikan seperti pornografi atau kekerasan. Pendekatan Berbasis Gender yang Tepat Ustadz Bendri menegaskan, pendekatan yang berbeda harus digunakan dalam pembuatan buku untuk laki-laki dan perempuan. Para ayah perlu memahami bahwa setiap pria dan wanita memiliki kebutuhan dan tantangan unik yang tidak bisa sama. Indonesia: Menurut data yang dianalisis oleh Ustadz Bendri, salah satu “negara tanpa ayah” terbesar di dunia, Indonesia menempati urutan ketiga sebagai “negara tanpa ayah”. Artinya, banyak anak di Indonesia yang tumbuh tanpa ayah seutuhnya, baik secara fisik maupun emosional. Program ini memberikan dampak yang besar terhadap perkembangan karakter dan moral anak di Indonesia. Pengalaman Pribadi Ustadz Bendri Sebagai Konselor Anak Sebagai seorang konselor, Ustadz Bendri menceritakan pengalamannya bahwa banyak anak yang merasa kesepian meski ayahnya ada di rumah. Mereka mencari dukungan emosional dan perhatian yang lebih dalam, namun seringkali mereka mencari perhatian materi atau fisik. Contoh Kisah Al-Qur’an: Hikmah dari Hubungan Ayah-Anak Kustadz Bendri mencontohkan kisah Al-Qur’an Nabi Yusuf yang ayahnya adalah Nabi Yaqub. dekat dengan putranya. . Hubungan baik antara ayah dan anak membuat Yusuf merasa bebas dan berbagi masalah tanpa rasa takut. Ini adalah contoh yang baik tentang bagaimana seharusnya seorang ayah berhubungan dengan anak-anaknya.
Menghidupkan Kembali Ayah yang Hilang Kisah Ustadz Bendri dan Nikita Willi memberikan gambaran gamblang tentang tantangan yang dihadapi ayah dalam membesarkan anak saat ini. Memasukkan emosi dan mindfulness dalam pendidikan agama sangat penting untuk membangun karakter dan budi pekerti yang kuat pada anak. Para ayah hendaknya bekerja tanpa kenal lelah untuk memberikan pendidikan spiritual dan emosional bagi masa depan anak-anaknya. Pertanyaan yang sering diajukan 1. Mengapa peran ayah penting dalam membesarkan anak? Ayah yang sensitif dapat membantu anak memahami nilai-nilai penting dan membuat mereka merasa didukung.2. Apa yang dimaksud dengan “negara tanpa ayah”? Negara tanpa ayah adalah istilah yang mengacu pada negara di mana banyak anak tumbuh tanpa ayah, baik secara fisik maupun emosional. Di Indonesia, hal ini menjadi perhatian karena berdampak pada perkembangan mental dan perilaku anak. Bagaimana ayah dapat lebih terlibat dalam kehidupan anak-anaknya dengan meluangkan waktu berkualitas bersama mereka, mendengarkan mereka dengan penuh kasih sayang, dan mengajarkan nilai-nilai penting melalui teladan yang baik dalam kehidupan sehari-hari.4 . Apa dampak negatif ketidakhadiran seorang ayah terhadap kehidupan seorang anak?