Jakarta – Sebuah studi komprehensif dilakukan untuk mengkaji negara-negara yang paling mendukung kelestarian lingkungan hidup dan negara-negara yang paling tidak peduli terhadap isu lingkungan hidup. Kajian ini mencerminkan sejauh mana suatu negara berupaya melestarikan dan memulihkan lingkungan serta tingkat perhatian yang diberikan terhadap kesehatan penduduknya.
Beberapa penelitian dilakukan oleh Environmental Performance Index (EPI) Yale University, laporan EU Joint Research Center (JRC), Massachusetts Institute of Technology (MIT) Green Future Index (GFI) dan informasi dari IQ Air. platform. Metode penilaian tidak bersifat ramah lingkungan
Seperti dilansir Green Match, ada berbagai metrik dan indeks yang digunakan untuk mengukur berbagai aspek kelestarian lingkungan suatu negara.
Misalnya saja ada Environmental Performance Index (EPI) dari Yale University dan Green Future Index (GFI) dari Massachusetts Institute of Technology (MIT).
Selain kedua indeks tersebut, Green Match juga mengevaluasi emisi CO2 per kapita suatu negara dan konsentrasi tahunan rata-rata PM2.5 (Bahan Partikulat).
“Kami bertujuan untuk menggabungkan keempat studi ini untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang negara-negara yang menganggap serius keberlanjutan, sekarang dan di masa depan,” kata laporan Green Match.
Indeks Kinerja Lingkungan (EPI) memberikan penilaian melalui 40 indikator dan dianggap sebagai penelitian paling komprehensif mengenai subjek ini, yang mencakup 180 negara.
Sementara itu, Green Future Index (GFI) berfokus pada penilaian kemajuan dan komitmen suatu negara terhadap masa depan berkelanjutan. Laporan ini menilai 22 indikator dalam lima pilar: kebijakan iklim, emisi karbon, transisi energi, masyarakat hijau, dan inovasi lingkungan.
Sebaliknya, laporan tahun 2020 oleh Pusat Penelitian Gabungan Uni Eropa berfokus pada emisi karbon dioksida fosil dari lebih dari 200 negara dan wilayah. Hal ini mencakup penilaian emisi CO2 per kapita untuk memperhitungkan jumlah populasi.
Terakhir, metrik Water IQ dipilih karena polutan PM2.5 dianggap sebagai risiko kesehatan yang besar bagi populasi dunia. Selain itu, serupa dengan emisi CO2 per kapita, data ini mencerminkan kinerja suatu negara saat ini dan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat.
Mengingat indikator dan metrik di atas, berikut adalah daftar negara-negara yang memiliki peringkat paling rendah dalam hal kelestarian lingkungan, atau bisa dibilang negara paling tidak ramah lingkungan.1. Qatar EPI: peringkat ke-137 GFI: peringkat ke-73 Rata-rata konsentrasi tahunan PM2.5: 38.2 μg/m³ (mikrogram per meter kubik) Emisi CO2 per kapita: 35.64 ton 2. Iran EPI: peringkat 1 -133 GFI: peringkat rata-rata tahunan PM2: 76. 5 konsentrasi: 30,3 μg/m³ Emisi CO2 per kapita: 8,26 ton 3. EPI Turki: GFI ke-172: Konsentrasi PM2 ke-69 5 rata-rata tahunan: 20 μg/m³ Emisi CO2 per kapita: 4,83 ton 4. : ke-26 Konsentrasi rata-rata tahunan PM2.5: 32.6 μg/m³ Emisi CO2 per kapita: 8.2 ton 5. Arab Saudi EPI: peringkat ke-109 GFI: peringkat ke-51 Rata-rata konsentrasi tahunan PM2.5: 32.7 μg/m³ Emisi CO2 per kapita: 16 ton 6. Vietnam EPI: peringkat 178 GFI: peringkat 56 Rata-rata konsentrasi PM2.5 tahunan: 4.7 μg/m³ Emisi CO2 per kapita: 3.27 ton 7. Indonesia EPI: peringkat 164 GFI: peringkat 1 -70 Rata-rata konsentrasi tahunan PM2. 5 : 34,3 μg/m³ Emisi CO2 per kapita: 2,09 ton 8. EPI Malaysia: peringkat ke-130 GFI: peringkat ke-65 Rata-rata konsentrasi tahunan PM2,5: 19,4 μg/m³ Emisi CO2 per kapita: 7,98 ton