Titik Kumpul – Pada 13 Juni 2022, beredar pesan di Facebook yang menyebutkan bahwa 10 persen sisa baterai ponsel memancarkan radiasi seribu kali lebih banyak.
Pesan tersebut berupa poster digital dengan teks dan gambar seorang wanita yang sedang memegang ponsel. Teksnya berbunyi: “Jangan menjawab telepon saat daya baterai kurang dari 10%, karena radiasinya 1000 kali lebih kuat.” Mengunggah foto yang menyebutkan baterai ponsel Anda tersisa 10 persen membuat radiasi seribu kali lebih kuat.
Hasil pemeriksaan yang adil
Permintaan tersebut tidak memiliki database yang dapat diandalkan. Faktanya, ponsel (berapa pun tingkat pengisian daya baterainya) memancarkan sejumlah kecil energi frekuensi radio, sejenis radiasi non-ionisasi yang tidak berbahaya bagi kesehatan.
Ketua Departemen Fisika Medis, Teknologi Medis IMERI, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prasandhya Astagiri Yusuf menjelaskan, semua telepon seluler komersial harus memenuhi persyaratan keselamatan pengguna. Untuk memenuhi persyaratan tersebut, semua ponsel diuji, termasuk tingkat perlindungannya saat baterai terisi penuh. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan, kata Prasandya kepada Tempo, 15 Mei 2022, seperti dilansir Cekfakt.com.
Menurut Prasandya, masyarakat bisa khawatir karena ponsel menjadi panas jika baterainya habis. Dikatakannya, keadaan ini dikarenakan ponsel tidak dapat dioperasikan jika baterainya habis kecuali pemilik ponsel mengaktifkan fitur “penghemat baterai” atau “penghemat daya”. Meski begitu, panasnya ponsel bukan berarti menimbulkan radiasi ribuan kali lipat.
Ponsel juga bisa menjadi panas jika digunakan untuk panggilan lama. “Jadi kalau mau olahraga bisa main di speakerphone, handsfree, atau headphone Bluetooth,” imbuhnya.
Selain itu transmisi ponsel juga dipengaruhi oleh jarak ponsel terhadap BTS atau pemancar sinyal. Semakin jauh BTS yang berarti semakin lemah sinyalnya, maka semakin banyak listrik yang dikeluarkan ponsel.
Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA), ponsel memancarkan sejumlah kecil radiasi non-ionisasi saat digunakan. Radiasi yang dipancarkan ponsel disebut juga energi frekuensi radio (RF).
Pakar FDA, yang terdiri dari dokter, ilmuwan, dan insinyur, secara rutin menganalisis studi dan publikasi ilmiah untuk menyelidiki dampak kesehatan dari paparan energi frekuensi radio dari ponsel. Hasil berdasarkan bukti ilmiah selama 30 tahun menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara paparan energi frekuensi radio dari penggunaan ponsel dan masalah kesehatan seperti kanker.
FDA juga memantau dan menganalisis data kesehatan masyarakat mengenai kasus kanker di Amerika Serikat. Data jelas menunjukkan bahwa jumlah penyakit otak dan penyakit saraf lainnya tidak meningkat dalam 30 tahun terakhir, meskipun jumlah pengguna telepon seluler meningkat pesat. Faktanya, jumlah penyakit otak dan sistem saraf lainnya yang didiagnosis di Amerika Serikat telah menurun selama sekitar 15 tahun terakhir.
PENGADILAN
Berdasarkan pemeriksaan fakta di atas, klaim bahwa baterai ponsel yang mati 10 persen mengeluarkan radiasi seribu kali lebih banyak adalah salah. Faktanya, ponsel (berapa pun tingkat pengisian daya baterainya) memancarkan sejumlah kecil energi frekuensi radio, sejenis radiasi non-ionisasi yang tidak berbahaya bagi kesehatan.
Referensi
Https://cekfakt.com/focus/9985