Inovasi Lensa Mata untuk Terapi Myopia

VIVA Tekno – Perkembangan penyakit miopia atau rabun jauh atau rabun dekat pada anak sekolah dikabarkan semakin meningkat.

Salah satu faktor pendorongnya adalah masifnya transformasi digital dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) yang terjadi sejak pandemi Covid-19 pada tahun 2020.

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan di berbagai sekolah terhadap 800 anak usia 5-15 tahun atau tingkat taman kanak-kanak hingga sekolah menengah, ditemukan sekitar 67 persen mengalami gangguan refraksi, dimana 56 persen di antaranya adalah miopia.

Dari jumlah tersebut, hanya kurang dari 50 persen yang dikoreksi atau mendapat pengobatan berupa kacamata single vision. Faktanya, para ahli memperkirakan lebih dari 50 persen populasi dunia akan menderita miopia pada tahun 2050.

Tentunya hal ini menimbulkan kekhawatiran dalam dunia kesehatan. Sebab, jika pertumbuhannya tidak terkontrol, miopia bisa menyebabkan masalah mata yang serius seperti katarak, glaukoma, ablasi retina, dan degenerasi makula.

Oleh karena itu, intervensi dini terhadap miopia sangat diperlukan. Salah satunya dengan memberikan edukasi yang lebih luas kepada masyarakat khususnya orang tua, guru, tenaga kependidikan dan siswa tentang pentingnya pengendalian miopia pada anak, termasuk upaya pengenalan dan intervensinya.

Dokter spesialis mata Ratna Dewi Dwi Tanto mengaku prihatin dengan rendahnya kesadaran masyarakat terhadap miopia dan pentingnya pemeriksaan mata sejak dini.

Padahal, pemeriksaan mata yang pertama dan teratur dapat membantu mempercepat pengobatan dan menurunkan tingkat miopia yang diderita anak. Menurutnya, banyak penyebab yang membuat miopia tidak biasa, termasuk dalam lingkungan medis.

Berawal dari kurangnya pemahaman mengenai risiko jangka panjang yang dapat menyebabkan penyakit mata serius seperti degenerasi makula atau ablasi retina, sebagian besar anak tidak akan mengeluhkan penglihatan kabur.

Dikatakan bahwa tidak banyak orang yang mengetahui metode efektif untuk mengendalikan miopia, seperti perawatan kaca mata khusus, lensa kontak, atau perawatan medis.

“Harus ada komunikasi yang kuat. Semua pihak terlibat. Memasukkan peralatan perawatan mata di sekolah dan mata pelajaran lainnya, memberikan instruksi kepada orang tua untuk mengurangi paparan anak terhadap perangkat elektronik, meningkatkan layanan kesehatan mata, serta penelitian dan pengembangan di bidang pendidikan dan kedokteran. dunia,” kata Ratna pada Selasa, 21 Mei 2024.

Produsen lensa Jepang, Hoya Vision Care, secara rutin menyelenggarakan MiYOSMART Goes to School (MGTS). Sekadar informasi, MiYOSMART merupakan lensa kontak terapeutik penglihatan dekat yang dikembangkan oleh Hoya dan telah menjalani uji klinis selama 6 tahun.

Selain mampu mengoreksi dan memberikan penglihatan jernih, keunggulan kacamata terapi lensa MiYOSMART adalah sekaligus dapat menghentikan perkembangan miopia pada anak.

CEO Hoya Lens Indonesia Dodi Rukminto mengaku ingin menyebarkan informasi bahwa miopia semakin berkembang dan menyerang anak-anak di seluruh dunia, serta memberikan edukasi mengenai metode pengobatan untuk menghentikan perkembangan miopia.

“Penggunaan lensa MiYOSMART membantu penglihatan dan mencegah berkembangnya miopia. Jadi tidak benar jika ada anggapan bahwa memakai kacamata malah memperparah miopia,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *