Jakarta – Peristiwa Isra Miraj merupakan salah satu perjalanan terpenting dalam kehidupan Rasulullah SAW. Sebagaimana dikutip Azra Azyumard, Isra’ Mi’raj merupakan salah satu dari tiga perjalanan menonjol dalam kehidupan Nabi bersamaan dengan peristiwa Hijrah dan Haji Wada.
Isra’ Miraj yang diumumkan di situs Kementerian Agama pada Senin, 5 Februari 2024, mencerminkan perjalanan heroik menuju kesempurnaan spiritual global. Isra’ Mi’raj bukanlah perjalanan biasa. Rasulullah melakukan perjalanan dari Masjidil Haram menuju Masjid Aqsa, lalu naik ke langit ketujuh, semuanya dalam satu malam.
Kisah ini tentu saja tampak tidak masuk akal dari sudut pandang masyarakat pada masa itu. Oleh karena itu, banyak masyarakat saat itu yang meragukan kisah Isra’ Mi’raj. Bahkan, ada pula yang menuduh Nabi menyebarkan kebohongan atau rumor.
Namun Abu Bakar untuk pertama kalinya percaya dan membenarkan kisah Isra’ Mi’raj. Oleh karena itu ia dijuluki Asy-Siddiq yang artinya orang yang membenarkan atau mengatakan kebenaran. Arti Isra Miraj.
Isra Mi’raj berasal dari bahasa Arab. Secara umum dieja al-isra dan Miraj yang terdiri dari dua kata yaitu isra’ dan mi’raj. Keduanya mempunyai arti yang berbeda.
Kata isra berasal dari kata sara yang berarti “perjalanan malam”. Sedangkan mi’raj berarti ‘kendaraan’, ‘alat pendakian’ atau ‘tangga’ dalam bahasa Arab. Bentuk jamaknya adalah ma’arijs yang berarti ‘tempat terbit’.
Abduh (1994) dalam ‘Isra Hikmah’ Mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW’ mengatakan bahwa dalam bahasa Arab ‘Isra’ diartikan sebagai perjalanan jauh pada malam hari dan kembali dengan selamat ke tempat asal.
Sedangkan menurut definisi ini, Isra’ diartikan sebagai perjalanan malam Nabi Muhammad SAW dari Masjid Agung (Mekkah) menuju Masjid Aqsa (Palestina).
Mi’raj dalam bahasa Arab berarti tangga yang harus dinaiki, sedangkan istilah mi’raj mengacu pada perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjid Aqsa menuju surga ketujuh menuju singgasana Allah.
Isra’ Mi’raj bukan sekadar acara perjalanan biasa. Dalam hal ini Allah secara langsung menunjukkan beberapa tanda kebesaran-Nya, apalagi saat itu khotbah Nabi SAW sedang dalam keadaan sulit dan penuh kesedihan.
Sebelum terjadinya Isra’ Mi’raj, Rasulullah melewati masa sulit yang dikenal dengan Amul Huzn atau Tahun Duka. Pada masa tersebut Rasulullah kehilangan dua orang yang sangat disayanginya yaitu Abu Thalib dan Siti Khadijah.
Oleh karena itu, pada kesempatan suci ini, para nabi sebelumnya diperlihatkan Rasulullah, mengambil inspirasi dari fakta bahwa mereka juga selamat dari masa-masa sulit. Hal ini untuk menambah motivasi dan semangat Rasulullah.
Peristiwa ini memberikan pesan kepada umat Islam agar tidak tenggelam dalam kesedihan dan ketidakbahagiaan. Isra’ Mi’raj mengajarkan umat Islam untuk bangkit.
Selain itu, acara ini menyampaikan pesan pentingnya menunaikan shalat lima waktu. Pada Isra’ Mi’raj, Nabi SAW diamanatkan untuk menunaikan shalat lima waktu. Dalam ajaran Nabi, salat bukan hanya sekedar bentuk ibadah untuk mencapai dimensi transendental, namun juga wujud nilai-nilai sosial.
Perjalanan Isra’ Mi’raj juga menyampaikan pesan kepada para pemimpin untuk merakyat dan menerapkan kebijakan yang pro rakyat. Sikap tersebut diperlihatkan Nabi ketika kembali ke bumi setelah bertemu Tuhan, padahal bertemu Tuhan adalah tujuan utama manusia. Nabi pun siap kembali ke bumi untuk menyelamatkan nasib umat manusia.