Titik Kumpul – Jika Anda pernah berkunjung ke Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, jangan kaget melihat prajurit TNI mandi lumpur di sawah.
Prajurit TNI tak mau memukuli petani. Tak begitu banyak menjajal traktor dan alat pertanian lainnya, atau sekedar berolahraga sambil ngopi nikmat di gubuk, mereka mengemban misi penting Letkol Inhu Ardyansha alias Raja Aibon, Komandan Markas Besar Distrik Militer (Dundim) 0619/Purwakarta.
Oleh karena itu, sejak menjabat sebagai Dandim Purwakarta mulai 7 Mei 2024, Raja Aybon Kogila segera mempercepat pelaksanaan program ketahanan pangan melalui TNI. Saat ini hal ini menjadi prioritas utama pemerintah federal. Saya telah melangkah ke proyek ini.
Oleh karena itu, Kostrad, mantan Komandan Batalyon Infanteri Serangan Udara/Tenkorak 305, segera memerintahkan anggota Kodim Purwakarta untuk mendampingi dan mendampingi para petani dalam budidaya padi.
Saat ini prajurit TNI yang terlihat di sawah merupakan prajurit yang bertugas sebagai guru desa (babinsa) di Kodim Purwakarta.
“Keluarga Babinsas di desanya setiap hari selalu berada di tengah masyarakat. Mereka tidak hanya memberikan dukungan untuk mencari solusi dan mendengarkan keluhan petani. Namun banyak juga yang bekerja dengan petani di masyarakat. Jadi mereka melakukan ini. Anda benar-benar bisa merasakan dan mengapresiasi karya para petani,” kata Raja Yvon Kogira.
Padahal, meski Purwakarta bukan ibu kota beras nusantara, Namun luas lahan pertanian di kabupaten berpenduduk 1,3 juta jiwa ini cukup luas. Seluas 34.000 hektar, menurut informasi yang diterima Titik Kumpul Militer dari Dinas Pertanian Purwakarta, luas perkebunan akan mencapai 15.660 hektar pada musim tanam Januari hingga Mei 2024 saja. Petani mampu menghasilkan 105.110 ton gabah kering atau setara dengan 67.386 ton beras.
Oleh karena itu, Raja Ebon Jadi Kokila tidak mau duduk diam. Di kantornya, instansi pemerintah daerah juga kesulitan menangani permasalahan petani. Petani Purwakarta juga ditemukan banyak permasalahannya.
Kendala utama yang dihadapi petani adalah air. Sebab, sebagian besar wilayah pertanian Purwakarta menggunakan irigasi hujan. Hanya sebagian kecil lahan yang dapat diairi dengan sistem irigasi.
“Tentu TNI tidak bermaksud membuat petani menderita. Itu sebabnya kami bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk memberikan dukungan pompa kepada kelompok tani. Selain itu, Babinsa dan Danlamil bekerja sama untuk memberikan pelatihan dan bimbingan kepada petani setiap hari,” ujarnya, lulusan Akademi Kadet Angkatan Darat Kerajaan Thailand tahun 2004.
Pada Rabu, 12 Juni 2024, Raja Aibon Kogila memimpin pejabat dan pejabat Kodim Purwakarta meninjau langsung keadaan petani dan lahan pertanian di Kecamatan Bungursari. pada saat yang sama Simak apakah prajurit TNI benar-benar turun untuk membantu para petani atau hanya terjun ke sawah hanya sekedar ingin foto untuk laporannya.
Di kota Bungur Sari Raja Ibom bertemu langsung dengan tokoh masyarakat dan petani. Dari pertemuan ini Kami mengetahui bahwa para petani di Purwakarta mempunyai banyak musuh dalam hal bertani.
Petani terkadang harus berhadapan dengan hewan pengerat, belalang, dan serangga pemakan batang. Belum lagi wereng, cendawan, dan hama putih lainnya yang kerap menempel di bulir padi. Sebaliknya, para petani tidak punya senjata lain selain pestisida kimia. Dan bahkan jika mereka mampu membelinya. Tapi harganya masih mahal.
“Kami mendiskusikan bagaimana pompa air yang didistribusikan oleh pemerintah federal kepada kelompok petani akan dijual, digunakan dan dioperasikan. Dan khususnya Bangersari yang ada beberapa kecamatan di bawahnya – di wilayah Koramil, juga kami bahas. Saudara-saudara, desa ini berada di bawah pemerintahan bersama. Kedepannya hal tersebut dapat diwujudkan dengan penggunaan pompa air untuk pengairan sawah, khususnya sawah tadah hujan. Produksi pertanian diharapkan meningkat,” kata Letkol Infantri Ardyanshah yang akrab disapa Raja Aibon Kogila.
Baca: Segala Kehebohan… Agama baru ditemukan di tengah hutan pegunungan Bogor, TNI Sakthi Tombak turun tangan.