Laporan yang dirilis Titik Kumpul – The Heritage Foundation menyoroti kelemahan Amerika Serikat (AS) karena dianggap tidak mampu melindungi dan membela kepentingan nasionalnya ketika dihadapkan pada empat musuh besar.
Menurut kutipan majalah Daily Signal Titik Kumpul Military, Amerika Serikat dinilai tidak berkelanjutan sebagai negara adidaya. Menurut Indeks Kekuatan Militer AS yang diterbitkan oleh Heritage Foundation, intervensi dalam banyak konflik dapat menimbulkan konsekuensi yang mematikan.
Beberapa faktor yang dikutip oleh lembaga think tank tersebut merupakan hasil upaya jangka panjang yang dilakukan militer AS. Mulai dari masalah penempatan pasukan hingga sikap berbagai badan keamanan nasional.
“Ini adalah akibat yang tak terelakkan dari penempatan pasukan yang berkepanjangan, kekurangan dana, prioritas yang tidak selaras, perubahan drastis dalam kebijakan keamanan, dan disiplin program yang buruk,” kata laporan Heritage Foundation.
“Ancaman terhadap kepentingan AS semakin meningkat, tetapi badan keamanan nasional tidak menanggapinya dengan serius,” lanjut laporan itu, mengutip Titik Kumpul Military dari Daily Signal.
Ancaman nyata terhadap kepentingan nasional AS tidak diragukan lagi datang dari Tiongkok. Heritage Foundation bertujuan untuk memastikan bahwa Tiongkok tidak lagi dianggap remeh.
Bangkitnya kekuatan militer Tiongkok ditandai dengan terciptanya armada kapal induk dan banyaknya senjata nuklir.
Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (PLA) juga dianggap sebagai ancaman karena terbukti mampu melancarkan serangan langsung dan menciptakan pengepungan palsu di sekitar Taiwan.
“Militer Tiongkok tidak lagi dapat dianggap sebagai pesaing jauh. Tiongkok telah mulai mengerahkan kapal induk dalam negeri dan teknologi rudal canggih,” kata Heritage Foundation.
“Tiongkok dengan cepat memperluas persenjataan nuklirnya dan melakukan latihan penembakan dan simulasi pengepungan di sekitar Taiwan,” kata laporan itu.
Selain itu, kekuatan tempur Tiongkok yang semakin besar mempersempit kesenjangan antara kemampuannya dan angkatan bersenjata A.S., menurut Heritage Foundation.
“Jika tren yang ada saat ini terus berlanjut, kesenjangan militer antara Tiongkok dan Amerika Serikat kemungkinan akan semakin menyempit,” kata pernyataan itu.
Selain China, negara saingan Amerika Serikat pastinya adalah Rusia. Beruang merah merupakan musuh yang dianggap sebagai ancaman paling nyata.
Dengan ribuan hulu ledak nuklir, Rusia dapat dengan mudah menyerang Amerika Serikat, demikian kesimpulan Heritage Foundation. Namun, Rusia diyakini tidak menunjukkan kesediaan untuk melakukan hal tersebut.
Namun, Amerikalah yang bertanggung jawab menyoroti agresi militer Rusia di Ukraina yang sudah berlangsung hampir dua tahun. Tindakan ini menunjukkan bahwa Rusia masih menjadi musuh utama sekutu AS di Eropa.
“Meskipun Rusia memiliki kemampuan militer untuk merusak Amerika Serikat dan menimbulkan ancaman nyata bagi Amerika Serikat (dalam hal senjata nuklir), Rusia belum menunjukkan kemauan yang kuat untuk melakukannya,” lanjut Heritage Foundation.
“Namun, Rusia terus menimbulkan ancaman signifikan terhadap kepentingan dan sekutu AS di kawasan Eropa, khususnya dalam perang melawan Ukraina,” kata badan tersebut.
Yang terakhir, tentu saja, adalah Republik Islam Iran, yang diyakini Amerika berada di balik serangan terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 oleh kelompok Palestina Hamas.
Tak hanya itu, AS juga menyadari peran Iran dalam mendukung milisi Houthi Yaman yang selama ini memblokade Laut Merah. Iran juga diyakini mensponsori beberapa pemberontak anti-Amerika di Timur Tengah.
“Serangan 7 Oktober terhadap Israel dan serangan berikutnya yang disponsori Iran terhadap pasukan AS di wilayah tersebut secara dramatis meningkatkan risiko eskalasi,” kata Heritage Foundation.
“Risiko-risiko ini mewakili tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang melampaui kemampuan kami dan mitra serta sekutu kami dalam mengatasi ancaman terhadap energi dan perdagangan global,” kata laporan itu.