Jakarta – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi melalui Kantor Pengembangan Kepegawaian dan Lembaga Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan menyelenggarakan bincang apresiasi bagi tokoh budaya pada “Kembara Rempah Nusantara” dan “Makara UI Art Center”. Acara ini dihadiri oleh para ilmuwan, pakar, profesional dan masyarakat yang fokus pada Jalur Rempah
Program Residensi Jalur Rempah memberikan kesempatan penelitian selama 30 hari bagi para profesional budaya dengan beragam latar belakang atau latar belakang yang terlibat dalam penelitian Jalur Rempah. Tahun ini, sebanyak 6 peserta, 3 peserta berdomisili di Qatar, yakni Adimas Bayumurti sebagai kurator museum, Faturochman Karyadi dengan pendidikan filologi, dan Idris Massoudi dengan pelatihan sejarah, mengikuti acara Syukur kepada Tokoh Budaya Rempah-Rempah. Rute.
Ada 3 peserta lain yang melakukan pendataan di India, yakni Nia Deliana, akademisi dan peneliti, Nurul Aziza, guru sejarah, dan Ayu Wayan Arya Satyani dari Institut Seni Indonesia, Denpasar. Seminar Apresiasi Pelaku Kebudayaan Jalur Rempah merupakan wadah pemaparan temuan penelitian kepada masyarakat, sekaligus diskusi dan pertukaran pandangan guna memperkaya temuan di lapangan.
“Kami berharap melalui acara ini, masyarakat semakin mengetahui potensi Jalur Rempah sebagai warisan budaya dunia dan meningkatkan minat masyarakat terhadap penelitian Jalur Rempah. Selama residensi, peserta mencari, meneliti, dan menyelidiki naskah, naskah, benda, dan/atau peninggalan sejarah lainnya yang dianggap sebagai sumber potensial jalur spesies. “Setelah masa residensi, peserta mempublikasikan hasil penelitian awal di negara asalnya dan mempublikasikannya ketika kembali ke Indonesia,” kata Restu Gunawan, Direktur Pengembangan Staf dan Lembaga Kebudayaan.
Penelusuran jalur spesies berupa cagar budaya dilakukan pada tahun 2020 hingga 2023 di 67 kabupaten/kota di 32 provinsi. Hasilnya, ditemukan sebanyak 150 situs cagar budaya yang diduga terkait dengan Jalur Rempah.
Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid mengatakan: “Tantangan terbesar persiapan Indonesia untuk pencalonan Jalur Rempah sebagai Situs Warisan Dunia adalah perlunya riset akademis, mulai dari penguatan narasi hingga penyusunan rencana pengelolaan Jalur Rempah yang logis dan konkrit. Penetapan Jalur Rempah sebagai Situs Warisan Dunia diyakini akan mendorong masyarakat menjadikan budaya sebagai landasan utama pengembangan daerah di Indonesia bahkan luar negeri.’
Program Apresiasi Budaya Jalur Rempah mendapat sambutan hangat dan dukungan penuh dari lembaga mitra di negara tujuan seperti KBRI Doha dan New Delhi, National Museum of Qatar (NMoQ), National Museum of Qatar . Perpustakaan (QNL), Tahun Kebudayaan (YoC), Heritage Society, dll. Residensi ini diakhiri dengan hasil awal penelitian di masing-masing negara yang dihadiri oleh para mentor, pakar, ilmuwan dan profesional yang fokus pada jalur spesies.