JAKARTA – Berdasarkan data Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tahun 2023, tingkat partisipasi peneliti perempuan di Indonesia meningkat hingga 45 persen, lebih tinggi dibandingkan rata-rata global yang berjumlah 33 peneliti perempuan. persen.
Terkait peneliti perempuan, salah satu perusahaan kecantikan yaitu L’Oreal telah memiliki program L’Oreal-UNESCO untuk perempuan di bidang sains sejak tahun 2004. Setidaknya ada lebih dari 4.000 peneliti dalam program tersebut.
Terkait banyaknya peneliti perempuan, setidaknya beberapa perwakilan alumni program menceritakan kisah suksesnya. Mereka mendorong perempuan lain untuk mengatasi berbagai kendala dalam perjalanan transformasi mereka.
Karakter pertama adalah Dr. Ines Irene Caterina Atmosukarto. Diketahui, Ines telah berkarir selama 15 tahun di Australia sebagai peneliti, akademisi dan juga CEO Lipotek Pty Ltd, sebuah perusahaan manufaktur farmasi dan vaksin.
Ines sangat bersemangat untuk kembali ke Indonesia untuk berkontribusi melalui kerja sama dan kemitraan guna mendukung pemanfaatan ilmu pengetahuan dan hasil penelitian sebagai landasan kebijakan.
Sebagai seorang peneliti, akademisi dan juga CEO perempuan, Ines mengatakan penting bagi peneliti perempuan untuk memiliki kemampuan komunikasi dan manajemen yang baik.
“Komunikasi dan kemampuan kepemimpinan yang baik menjadi modal untuk berkarir di berbagai bidang dan memajukan negara dengan hasil yang relevan dan dapat diterapkan di masyarakat,” ujarnya dalam konferensi pers di kantor L’Oreal, Rabu, 22 Mei 2024. .
Setelah itu Prof. Dr. Fenny Martha Dwivany, Profesor dari Institut Teknologi Bandung dan Dewan Juri L’Oreal-UNESCO untuk Women in Science. Prof. Fenny merupakan sosok yang berprestasi karena berhasil menjuarai program tingkat nasional pada tahun 2006 dan internasional pada tahun 2007. Prof. Fenny mengatakan, diperlukan beberapa langkah strategis untuk memajukan peran perempuan.
Pertama, penting untuk mengembangkan kapasitas melalui pelatihan dan lokakarya yang dirancang khusus bagi peneliti perempuan, yang berfokus pada pengembangan keterampilan teknis dan manajerial. Kedua, mentoring dan networking, dimana peneliti perempuan menerima saran dari peneliti senior yang berpengalaman untuk membantu mereka menavigasi dunia penelitian yang kompetitif.
Ketiga, dukungan lembaga pemerintah dan swasta sangat penting untuk menciptakan lingkungan penelitian yang inklusif dan mendukung, termasuk peluang penelitian yang memadai, ujarnya.
Selain itu, program tersebut menampilkan sosok alumni yang tidak hanya mendorong perkembangan ilmu pengetahuan, namun juga turut serta membuka lapangan kerja bagi masyarakat melalui kewirausahaan. Hal ini menunjukkan bahwa program ini tidak hanya mendorong perkembangan ilmu pengetahuan, namun juga memberikan dampak ekonomi.
Tokoh tersebut adalah Dr. Noryawati Mulyono S.Si, pendiri Biopac.id. Seiring dengan pengajaran dan penelitian, ia aktif mengelola perusahaan yang ia dirikan yang memecahkan masalah sampah plastik dan produsen biopackaging, yang merupakan kemasan rotari terkemuka yang dapat diperluas ke berbagai format kemasan.
Penghargaan yang diterimanya dari program tersebut pada tahun 2010 membantunya membangun landasan yang kuat untuk penelitian bioplastiknya. Inspirasi pendirian Biopac.id bermula dari keinginan untuk membawa hasil penelitian langsung ke masyarakat.
Sebagai seorang peneliti, dia merasa bertanggung jawab untuk menerapkan solusi yang saya kembangkan yang terinspirasi oleh praktik energi berkelanjutan L’Oreal.
“Kami menciptakan lapangan kerja bagi pemuda perkotaan yang berbakat namun kurang beruntung dan kami bekerja sama dengan petani alga sebagai bahan baku bioplastik. “Ini akan membantu menghilangkan perdagangan manusia dan memberikan pendapatan yang stabil bagi masyarakat pesisir,” katanya.
Bab terakhir adalah peneliti muda Dr. Pietradewi Hartrianti, Dekan Indonesian School of Life Sciences International Institute of Life Sciences dan pemenang L’Oreal-UNESCO For Women in Science 2023 melalui penelitiannya yang tepat. Pietradewi bertujuan untuk membuat model 3D jaringan kanker buatan dengan menggunakan pasta yang terdapat pada rambut sebagai bahan dasar pencetakan.
Dengan cara ini, kita dapat menguji obat kanker dengan lebih baik, efektif dan efisien. Metode ini tidak hanya meningkatkan keakuratan tes, tetapi juga lebih hemat biaya dan mendukung aspek keberlanjutan penelitian medis.
“Bekerja sebagai peneliti perempuan tentunya menjadi impian dan cita-cita saya. Apalagi dengan berkembangnya teknologi dan dukungan berbagai pihak, peluang karir seorang peneliti semakin luas,” ujarnya.
Pietra mengungkapkan saat ini semakin banyak peluang untuk melakukan penelitian yang dapat memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat. Tidak hanya di dalam negeri, namun juga internasional, peluang untuk berkolaborasi dan berpartisipasi dalam proyek penelitian semakin besar.