JAKARTA: Pemerintah Indonesia mengambil langkah aktif untuk mendorong penerapan elektrifikasi sebagai strategi untuk mendorong kelestarian lingkungan, dan salah satu langkah yang diambil adalah dengan memberikan insentif bagi kendaraan listrik.
Namun, elektrifikasi tidak terbatas pada kendaraan listrik; ada juga kendaraan hybrid (HEV) dan kendaraan hybrid plug-in.
Hingga saat ini, pemerintah terus mendorong pemberian insentif bagi kendaraan listrik. Di sisi lain, hybrid diketahui masih dalam pertimbangan.
Faktanya, mobil hybrid dilaporkan dapat mengurangi emisi karbon hingga 48%, berdasarkan perhitungan emisi tangki-ke-knalpot. Artinya, penghematan emisi dari dua mobil hybrid setara dengan satu mobil listrik berbasis baterai.
Bob Azam, Assistant Vice President Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), mengatakan jika mobil hybrid ingin berkembang lebih jauh di pasar, diperlukan insentif yang lebih baik seperti yang ada di Thailand.
“Untuk kendaraan hybrid yang lebih terjangkau, kami berharap pemerintah memberikan insentif. Dibandingkan Thailand, insentifnya lebih baik dan pasarnya juga tumbuh,” kata Kemayoran di JIEXpo di Jakarta.
Bob Azzam juga mengatakan Indonesia harus memberi insentif pada kendaraan hybrid seperti Thailand dan menjadi hub, terutama untuk model berukuran rendah dan menengah.
“Kami menaruh harapan besar pada model ini ke depan agar Indonesia bisa menjadi hub kendaraan hybrid segmen menengah ke bawah. Tidak hanya untuk dalam negeri tapi juga ekspor,” jelasnya.
Bob juga mengatakan insentif ini ditujukan kepada konsumen, bukan produsen.
“Insentif itu untuk konsumen, bukan produsen mobil. Mobil hybrid juga menghemat bahan bakar, sehingga masyarakat akan beralih dari bahan bakar jika ada insentif,” kata Bob.
Sebagai referensi, saat ini belum ada regulasi yang secara khusus mengatur insentif bagi kendaraan hybrid. Aturan ini ada dan hanya berlaku untuk mobil listrik.
Satu-satunya dukungan yang tersedia untuk kendaraan hibrida adalah keringanan PPnBM berdasarkan perpindahan dan emisi, dengan jumlah nominal berkisar antara 15 persen, 20 persen, dan 30 persen.
Angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan mobil konvensional yang mendapat keringanan PPnBM sebesar 15% hingga 75%.