Titik Kumpul Lifestyle – Belakangan ini Kementerian Kesehatan berencana mendatangkan dokter asing ke Indonesia. Tujuan mendatangkan dokter asing ke Indonesia adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat
Namun rencana tersebut mendapat penolakan keras dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Uner). Profesor FK Unair Dr Budi Santoso, Dr Spog (K), memperkirakan sekitar 92 fakultas kedokteran di Indonesia mampu meluluskan dokter berkualitas. Bahkan, kualitasnya diyakini tak kalah dengan dokter asing.
Penolakan FK Unair mendapat tanggapan dari Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Budi menjelaskan alasannya mendatangkan dokter asing untuk membantu mengatasi permasalahan bayi yang lahir dengan penyakit jantung bawaan.
Budi mengungkapkan, saat ini terdapat lebih dari 12.000 anak di Indonesia yang mengidap penyakit jantung bawaan. Budi mengatakan, bayi-bayi tersebut harus segera ditangani karena risiko kematian pada bayi-bayi tersebut sangat tinggi
Harus segera dilaksanakan, kalau tidak angka kematian akan semakin meningkat,” kata Budi kepada tim pers di Istana Kepresidenan, Selasa, 1 Juli 2024.
Budi juga mengungkapkan, dari 12.000 bayi penderita penyakit jantung bawaan, hanya separuhnya atau 6.000 yang berhasil diobati dalam setahun.
Sejauh ini kapasitas kami beroperasi 6 ribu per tahun. Jadi 6 ribu anak belum tertangani. Bayi-bayi ini mempunyai risiko kematian yang tinggi. “Jika kita menunggu sampai risikonya tinggi, kedatangan dokter asing akan sangat menyelamatkan nyawa 6.000 orang ini,” ujarnya.
Budi juga mengungkapkan, mendatangkan dokter asing ke Indonesia bukan berarti meragukan kemampuan dokter di Indonesia. Namun, hal ini lebih dari sekedar membantu mengobati 6.000 bayi penderita penyakit jantung bawaan yang belum menerima pengobatan.
“Jadi mungkin ada teman-teman yang merasa sensitif seperti FK Unair bahwa ‘Oh, dokter kita bagus, jadi kita bisa juga’ itu tidak masalah. Masalahnya bukan meremehkan kemampuan dokter kita, bukan. dokter mampu Masalahnya adalah hal itu tidak cukup, dan lebih dari 6.000 anak berisiko kehilangan nyawa setiap tahunnya, katanya.
Budi menambahkan, keinginan mendatangkan dokter asing ke Indonesia hanya untuk merawat pasien anak agar calon bayi di masa depan tidak menderita kelainan jantung bawaan.
Kami mendatangkan dokter asing untuk menyelamatkan nyawa 6.000 bayi dan 12.000 ibu yang akan sangat terpukul jika bayi mereka menderita penyakit jantung bawaan. Jadi tidak ada hubungannya dengan kualitas dokter, tidak ada hubungannya dengan kompetensi dokter kita. “Ya, mungkin sedikit emosional, tapi ini benar-benar menyelamatkan nyawa,” ujarnya.