Titik Kumpul – Ketika Hongaria bersiap untuk mengambil alih kepemimpinan Uni Eropa pada bulan Juli, Tiongkok memperdalam hubungan mereka dan bertujuan untuk menggunakan Hongaria sebagai pintu gerbang ke pasar Eropa. Seperti dilansir agensi Directus.
Menteri Luar Negeri Wang Yi, yang bertemu dengan Menteri Luar Negeri Hongaria di Beijing bulan lalu, menyatakan harapannya bahwa Hongaria akan berhasil membujuk Uni Eropa untuk mengadopsi kebijakan yang lebih proaktif dan pragmatis terhadap Tiongkok dan menciptakan pandangan positif bagi UE untuk saling menguntungkan kerja sama. .
Digambarkan sebagai negara Eropa yang mandiri dengan pengaruh yang unik, Wang mengatakan bahwa negaranya berharap Budapest dapat mendorong Uni Eropa untuk melihat perkembangan Tiongkok dengan cara yang wajar dan bersahabat serta membantu memperkuat hubungan strategis antara Tiongkok dan Tiongkok. UE.
Pernyataan Wang memberikan cukup bukti bagi komunitas internasional dan para ahli untuk mencurigai bahwa niat sebenarnya Tiongkok adalah demi kepentingan Hongaria untuk mengambil alih kepemimpinan Uni Eropa. Para ahli khawatir bahwa Tiongkok sedang mencoba mempengaruhi Hongaria untuk mengubah pemikiran UE mengenai masalah ini.
Levente Horvath, direktur Eurasia Center di Universitas John von Neumann, percaya bahwa Hongaria dapat membantu Uni Eropa mengubah pikiran mereka mengenai “pengurangan risiko” dari Tiongkok. Ia menekankan bahwa kerja sama, bukan isolasi, adalah pendekatan terbaik untuk masa depan.
Namun, kemitraan Sino-Budapest tidak lepas dari ketidaksepakatan dan keraguan para pemimpin dan pengkritik Uni Eropa. Salah satu proyek Tiongkok yang paling menonjol di Hongaria adalah jalur kereta api Budapest-Beograd, yang dibiayai oleh pinjaman Tiongkok dan mungkin merupakan proyek BRI yang paling penting di Eropa.
Proyek kereta api yang menghubungkan ibu kota Hongaria dan Serbia telah dikritik karena kurangnya transparansi, risiko korupsi dan potensi jebakan utang, meskipun proyek tersebut dibatalkan karena terbatasnya bukti. Setelah selesai, jalur kereta api hanya akan berfungsi untuk angkutan barang dan membantu mengangkut barang-barang Tiongkok dari pelabuhan Piraeus di Yunani ke Eropa Tengah. Oleh karena itu, manfaatnya terbatas pada Uni Eropa dan Hongaria.
Kurangnya transparansi dan tuduhan korupsi
Proyek kereta api Budapest-Belgrade bertujuan untuk mengurangi separuh jarak delapan jam antara ibu kota Hongaria dan Serbia. Sayangnya, renovasi jalur kereta api tua ini dibiayai oleh pinjaman sebesar 1,855 miliar USD selama 20 tahun dari Bank Ekspor-Impor Tiongkok, menjadikannya investasi kereta api termahal dalam sejarah Hongaria.
Namun studi kelayakan dan kontrak proyek tersebut telah diklasifikasikan oleh pemerintah Hongaria untuk jangka waktu 10 tahun. Kurangnya transparansi berarti masyarakat tidak memiliki akses terhadap informasi tentang potensi manfaat dan kerugian proyek, seperti dampaknya terhadap lapangan kerja, masyarakat lokal, dan lingkungan. Selain itu, mitra Hongaria dalam kontrak usaha patungan perkeretaapian pada dasarnya dikendalikan oleh teman masa kecil Perdana Menteri Viktor Orbán, sehingga memicu tuduhan nepotisme.
Pengaruh Tiongkok di Hongaria tidak hanya terbatas pada proyek kereta api saja. Pada tahun 2020, rencana kampus perdana Universitas Shanghai Fudan yang bergengsi di Budapest telah diumumkan. Rencana tersebut memicu kemarahan di kalangan penduduk Budapest karena biaya yang terkait dengan proyek tersebut dan rencana lokasi kampus, di mana perumahan mahasiswa yang terjangkau dapat dibangun. Beberapa pihak, terutama Walikota Budapest Gergely Karasoni, juga menyatakan ketakutan mereka terhadap kemungkinan adanya kegiatan mencari pengaruh di Eropa.
Dalam salah satu suratnya kepada Madyar Hang, pemimpin oposisi dan seorang konservatif yang pernah menjadi tokoh terkemuka di partai Fidesz pimpinan Perdana Menteri Viktor Orbán, mengatakan melalui kedutaan AS bahwa Beijing menggunakan lembaga pendidikan untuk kebebasan intelektual untuk melemahkan dan mempengaruhi. ekspansi mereka. Bagi Beijing, Budapest adalah lingkungan politik yang aman dan tidak akan mendapat banyak pengawasan karena sikap ramah Budapest terhadap Tiongkok dan Uni Eropa.
Dengan kedatangan Magyar, yang secara resmi memulai karir politiknya pada akhir Februari, yang secara serius menantang Perdana Menteri Orbán, ia mengajukan pencalonannya untuk pemilu Eropa pada tanggal 9 Juni. Menurut laporan New York Times, Orbán memenangkan empat pemilu berturut-turut selama 14 tahun dan mengubah Hongaria menjadi “demokrasi tidak liberal” yang lebih selaras dengan Tiongkok dan Rusia dibandingkan sekutu nominalnya di NATO dan Uni Eropa. Kini, untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir, ada perasaan di negara ini bahwa perubahan, jika tidak bisa dihindari, adalah mungkin terjadi.
Implikasi geopolitik
Semakin eratnya hubungan antara Tiongkok dan Hongaria mungkin mempunyai dampak geopolitik yang lebih luas. Ketika Tiongkok berupaya menjadikan dirinya sebagai kekuatan dominan dalam tatanan dunia multipolar, hubungannya dengan Hongaria dapat menjadi model kerja samanya dengan negara-negara Eropa lainnya.
Posisi Hongaria di “kubu perdamaian” bersama dengan Rusia dan Iran menekankan keselarasan strategisnya dengan visi Tiongkok mengenai hubungan internasional yang didasarkan pada saling menghormati dan kerja sama damai.
Namun, keberpihakan ini telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan pejabat Uni Eropa, yang khawatir akan semakin besarnya pengaruh Tiongkok di Eropa. Komisi Eropa telah meluncurkan penyelidikan terhadap subsidi pemerintah Tiongkok untuk produksi mobil listrik dan panel surya, dan menuduh Tiongkok mendistorsi persaingan pasar. Investigasi ini mencerminkan kekhawatiran UE yang semakin besar terhadap ambisi ekonomi Tiongkok.
Baca artikel Titik Kumpul Trending menarik lainnya di tautan ini.