Indonesia Salah Satu Negara dengan Prevalensi Gangguan Pendengaran Tertinggi di Asia Tenggara

JAKARTA – Menurut data Clinton Healthcare Access Initiative (CHAI) Indonesia, 4,6 persen penduduk Indonesia mengalami gangguan pendengaran. Angka tersebut menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat gangguan pendengaran tertinggi di Asia Tenggara.

Gangguan pendengaran sendiri bisa disebabkan oleh berbagai macam faktor, seperti infeksi telinga, paparan suara keras, penuaan, cedera telinga, dan faktor genetik. Lalu apa yang dapat Anda lakukan jika Anda mengalami gangguan pendengaran? Scroll untuk mengetahui lebih lanjut, yuk!

Pengobatan gangguan pendengaran sendiri di Indonesia sudah sangat baik. Hal tersebut diungkapkan Country Director CHAI Indonesia, Dr. Atiek Anartati MPH & TM yang terkesan dengan luasnya fasilitas yang tersedia di Kasoem Hearing Center. 

“Pertama kali saya datang ke sini, saya sangat terkesan dan terkesan dengan tempat ini. Awalnya saya tidak tahu Kasoem hanya optik, ternyata mereka punya alat bantu dengar yang dilengkapi implan koklea. Fasilitas di sini sangat lengkap untuk anak-anak hingga dewasa,” ujarnya saat mengunjungi Kasoem Hearing Center, Jakarta Pusat, baru-baru ini. 

Dr Atiek mengatakan kedatangan CHAI Indonesia di Kasoem Hearing Center adalah untuk mempererat kerja sama program asistive technology dengan pemerintah dan mitra lokal di Indonesia. Khususnya, peningkatan akses terhadap alat bantu dengar bagi penyandang disabilitas di Indonesia, khususnya anak-anak.

Dengan kunjungan ini, kami berharap Anda mendapatkan gambaran lebih mendalam mengenai layanan gangguan pendengaran. Mulai dari deteksi dini hingga rehabilitasi, termasuk pemasangan alat bantu dengar, khususnya untuk anak-anak.

CEO/Direktur Global Assistive Technology Frederic Segers mengaku terkesan saat mengunjungi Kasoem Hearing Center, mulai dari fasilitas, pelayanan, kualitas dan komitmen perawatannya.

“Saya sangat berharap layanan ini dapat diperluas agar kedepannya dapat menjangkau lebih banyak lagi masyarakat Indonesia yang dapat merasakan manfaatnya,” ujarnya.

Komisioner Komnas Penyandang Disabilitas Eka Prastama Vidyanta mengatakan, kebutuhan penyediaan akses alat bantu dengar hingga implan koklea berdasarkan diagnosis atau penilaian merupakan hal yang penting. Pusat Dengar Pendapat Kasoem kini telah lengkap. 

Ia berharap kedepannya ada bantuan yang terjangkau dan bermanfaat bagi anak-anak.

“Agar anak-anak kita bisa berpartisipasi dalam banyak hal, dan itu sangat penting bagi komunitas ini, agar kedepannya kita bisa lebih menekan biaya lagi,” kata Eka.

Deputy Chief Executive Officer (CEO) Kasoem Hearing Center, Trista Mutia Kasoem menyambut kedatangan CHAI Indonesia di Kasoem Hearing Center cabang Cikini. Sebab, menurutnya Kasoem Hearing Center dapat memenuhi kebutuhan CHAI Indonesia dalam hal evaluasi dan pemasangan alat bantu dengar implan koklea.

“Sebagai satu-satunya pusat pendengaran di Indonesia yang mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2015, Kasoem Hearing Center sebenarnya mempunyai motto ‘One-stop solution for all Hearing Problems’. Artinya, kami memenuhi kebutuhan gangguan pendengaran semua usia, termasuk bayi baru lahir,” ujarnya.

Selain menyediakan teknologi tes dan pendengaran, Kasoem Hearing Center juga memiliki program rehabilitasi anak tunarungu dengan Auditory Verbal Therapy (AVT). Faktanya, hal ini dapat meningkatkan kehidupan mereka dengan mendukung mereka untuk mendengar dan berkomunikasi seperti teman-teman mereka yang dapat mendengar.

“Artinya Kasoem Hearing Center memiliki paket yang lengkap. Pemeriksaan detail, teknologi pendengaran yang sesuai kebutuhan, bahkan pengobatan AVT untuk mempersiapkan anak menghadapi masa depan,” kata Trista.

Ia berharap kedatangan CHAI ke Indonesia bersama perwakilan pemerintah dapat memberikan dampak positif ke depannya. Jadi semua negara bisa membantu penderita gangguan pendengaran mendapatkan alat bantu dengar dan implan koklea.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *