Kisah Cucu Gubernur Sumbar Pindah Agama karena Bingung Isi Al-Quran

VIVA – Ainun Nurul Rahima Sari merupakan cucu Gubernur pertama Sumatera Barat. Dia punya cerita tentang kehidupan spiritualnya. Meskipun ia terlahir sebagai seorang Muslim, ia bersekolah di sekolah Katolik. 

Tanpa sepengetahuan keluarga, Ainun Nurul Rahima Sari mulai tertarik dengan agama Kristen. Apa ceritanya? Ulasan selengkapnya dapat dilihat di bawah ini. sekolah islami tapi katolik

Kini di usianya yang sudah 70 tahun, Ibu Ainun Nurul Rahima Sari atau akrab disapa Sari membagikan kisah spiritualnya di channel YouTube DIASPORA TV.

Meski terlahir dari keluarga Muslim, keluarganya menyekolahkannya di sekolah Katolik. Sari diketahui diasuh oleh nenek dan kakeknya setelah orangtuanya berpisah.

Sari mulai tertarik dengan agama Kristen sejak duduk di bangku sekolah dasar. Ia sangat tertarik mendekorasi pohon Natal bahkan menyanyikan lagu Malam Natal. Kakek dan neneknya jelas sudah mendengar hal ini. 

Namun sang nenek tak ambil pusing karena masih dianggap anak yang belum paham agama. Namun justru karena itulah Sari merasakan pengaruh dalam hidupnya.

Ternyata ini berdampak pada saya, ujarnya, seperti dikutip Kamis, 14 Maret 2024.

Wanita lulusan ekonomi ini juga selalu mempertanyakan makna tulisan Alquran. Namun dia bingung karena tidak ada yang menjelaskannya secara detail.

Selain itu, umat Islam perlu mengetahui cara membaca Al-Qur’an yang benar. Jika tidak, sayang sekali. Ia semakin takut karena tidak memahami Al-Qur’an bahkan akan berbuat dosa jika tidak bisa membaca Al-Qur’an dengan baik. Padahal dia sangat ingin masuk surga.

Saat duduk di bangku sekolah dasar, ia banyak bertanya tentang agama. Misalnya apa jadinya jika ada orang yang meninggal dan lain sebagainya. Guru menjelaskan proses dimana manusia dapat mencapai surga.

Namun menurutnya sangat sulit untuk masuk surga. Dia masih memikirkan bagaimana dia bisa masuk surga. Diakuinya, tidak ada seorang pun yang akan membawanya ke surga. Ia memutuskan untuk pindah agama karena menyukai khotbah Kristen

Setelah menyelesaikan gelar sarjananya di Padang, ia pindah ke Jakarta. Singkat cerita: Saat hijrah ke Jakarta, ia bertemu dengan seorang laki-laki. Dia menjalin hubungan dengan seorang pria yang berbeda agama. Sari beragama Islam sedangkan suaminya beragama Katolik.

Karena saling menyukai, pria yang disukainya mulai bercerita tentang sosok Yesus Kristus. Sari juga tidak dapat menemukan jawaban ketika dia bertanya kepada temannya tentang Yesus. Kemudian pacarnya memberinya buku karya Yusuf Roni.

Sari mengatakan, buku tersebut membuktikan beberapa hal bahwa Yesus adalah Tuhan. Mulai dari Hadits hingga Sholat 17 Rakaat yang selalu memohon petunjuk di jalan kebenaran. Dan menurutnya itu mungkin masuk akal.

“Sholat 17 rakaat sehari berarti meminta petunjuk di jalan yang benar. Berapa lama Anda berdoa dan tidak menemukan jalan yang benar? “Saya pikir logikanya ada di sana,” katanya.

Ia bahkan salat tahajud dan menanyakan Tuhan mana yang benar. Sari sangat ingin masuk surga, tapi tidak tahu caranya.

Suatu ketika pacarnya pergi ke gereja. Dia telah merencanakan untuk pergi ke gereja. Sari sebenarnya merasa nyaman dan mengaku menikmati khotbah Kristen.

“Saya suka dengan khotbah Kristen, referensinya terlihat jelas di depan dan belakang. Saya menyukainya dan itu sangat konstruktif. “Begitu saya selesai kebaktian, saya pergi ke mobil dan berkata, ‘Hati saya penuh’,” tutupnya.

Ini adalah pertama kalinya Saris pergi ke gereja, tapi dia merasa nyaman. Keesokan harinya dia pergi ke gereja bersama pacarnya. Pada tahun 1982 ia akhirnya berpindah agama. 

“Tahun 1982 akhirnya saya putuskan untuk dibaptis GPDI Ketapang,” jelasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *