Keindahan Alam Jawa Tengah Diabadikan Lewat Lukisan Mooi Indie Bergaya Modern

BANYUMAS – Dahulu, sekitar tahun 1970-an hingga 1980-an, kawasan Banyumas sempat menjadi incaran wisatawan mancanegara yang berburu lukisan bergaya Mooi Indie. Bahkan, tempat ini dikenal sebagai galeri terpanjang di Asia Tenggara. 

Namun kini Mooi Indie menghilang dan galeri terpanjang hanya tinggal kenangan. Kini, tempat Anda bisa menemukan monumen kuliner Banyumas telah menggantikan kawasan tersebut. Gulir untuk mengetahui lebih lanjut, maju!

Lukisan gaya Mooi Indie sendiri dan keindahan alamnya, dibawa ke Indonesia oleh seniman Eropa pada tahun 1830-an. Salah satunya diabadikan dengan keindahan sekitar pegunungan Slemeti yang menjadikannya sebagai subjek lukisan terpopuler saat itu. 

Sayangnya, terjadi “ledakan seni” di Indonesia pada tahun 1990-an, dengan penjualan yang besar. Ditambah lagi dengan kuatnya pasar lukisan, selera kolektor pun berubah sehingga lukisan Mooi Indie semakin langka. 

Maka untuk memperkenalkan lukisan Mooi Indie versi lain, diadakan pameran dengan tema Kie Art Project versi Modern Mooi Indie Revival, bersama dengan batik Hadipriyanto.

“Pameran ini hendaknya dijadikan sebagai tempat kelahiran kembali, di mana para seniman mengedepankan kombinasi teknik, modernitas, warna-warna baru, dan ide-ide kuat yang tidak fokus pada desain gunung, sungai, dan sawah,” ujarnya. Slamet Santosa, pendiri dan direktur artistik Kie Art Project, mengutip keterangannya, Kamis, 4 Juli 2024. 

Gita Johanna Tomdean salah satu pendukung Kie Art juga mengatakan, selain pameran, acara tersebut juga diperuntukkan bagi anak-anak remaja Kie Seni yang berasal dari Purbalingiga, desa terpencil Siddareja di Jawa Tengah. Keahlian berbeda mereka tunjukkan, salah satunya adalah karya Gemah Ripah Loh Jinawi.

Kami berharap acara ini menjadi pengingat bagi kita untuk menghargai dan menjaga lingkungan. Misalnya saja beberapa tumbuhan dan satwa di sekitar Gunung Slamet yang akan semakin hilang, seperti elang jawa, aneka anggrek, pohon pit, macan tutul, monyet hitam, dan monyet daun,” kata Gita. 

Pameran Gemah Ripah Loh Jinawi menawarkan pengenalan spektakuler terhadap bentuk seni kuno Jawa di mana seorang penari membagikan nasi sebagai ungkapan rasa syukur dan pengingat akan budaya makanan Indonesia. 

Slamet Santosa menjelaskan, ada empat seniman yang mengikuti pameran ini, yakni Arianto, Budi. S, Chune dan Ruby. Semua seniman ini berasal dari Banyuma, eks Kabupaten Banyuma Raya.

“Kami sangat berterima kasih kepada para seniman yang bersedia terus bersama kami, yang terus berkembang menciptakan hal-hal kreatif yang memungkinkan mereka menemukan sesuatu. Mereka yang tidak konvensional, dan mereka yang selalu terbuka terhadap hal-hal baru memiliki rasa yang baik. pertumbuhan.” “Berkontribusi terhadap perkembangan dunia seni yang indah. Keempat seniman tersebut memiliki tulisan renaissance yang berbeda satu sama lain sehingga menjadikan Mooi Indie semakin kekinian,” jelasnya. 

Pameran akan berlanjut hingga 29 Juli 2024 di Hadipriyanto Homestay yang berada di dekat kota tua Banyumas, Jawa Tengah. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *