Bunda Wajib Tahu, Ini Cara Menyimpan MPASI dengan Aman dan Terhindar dari Bakteri

JAKARTA – Menyiapkan makanan tambahan ASI (MPASI) untuk Si Kecil bukan sekadar soal nutrisi. Namun cara penyimpanannya juga perlu diperhatikan agar tetap aman dan tidak terkontaminasi bakteri.

MPASI yang terkontaminasi bakteri dapat menyebabkan infeksi pada bayi atau balita yang mengkonsumsinya. Infeksi bawaan makanan dapat menyebabkan gejala seperti muntah, diare, demam dan penyakit lainnya. 

Oleh karena itu, sangat penting untuk memastikan kebersihan dan keamanan makanan bayi selama proses penyiapannya. Pada seminar Hari Keamanan Pangan Sedunia 2024 yang diselenggarakan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dokter spesialis anak Dr Moreta Damayanti, SpA(K), MKes, “Bagi yang menyiapkan MPASI untuk ibu atau anak, perlu diberikan edukasi tentang cara mengumpulkan dan melayani.” Selasa 4 Juni 2024.

Bakteri pencemar dapat tumbuh pada makanan seperti daging, ikan, telur, susu, kedelai, nasi, dan sayuran, jelas De Moreta. Makanan tersebut sebaiknya disimpan di lemari es dengan suhu di bawah lima derajat Celcius, ujarnya.

Lalu Dr. untuk daging dan ikan. Dapat disimpan dalam wadah plastik dan dipisahkan dari makanan matang atau makanan siap saji, lanjut Moretta. “Penting juga untuk selalu membaca label pada kemasan. Semua makanan harus disimpan sesuai petunjuk penyimpanan yang tertulis pada kemasan,” ujarnya.

Selain itu, jika makanan harus disimpan di lemari es, sebaiknya jangan digunakan kembali selama dua jam atau lebih dari lemari es. “Selain itu, makanan beku harus dimasak segera setelah dicairkan dan tidak disarankan untuk dibekukan.”

Tak hanya cara menyimpannya, kebersihan pun tak kalah penting dalam pemberian MPASI. Orang tua atau orang yang menyiapkan MPASI kepada anak hendaknya mencuci tangan terlebih dahulu.

“Jadi, mencuci tangan sebelum menyiapkan dan menyajikan makanan kepada anak adalah hal yang paling penting. Kalau bisa, latih anak untuk mencuci tangan sebelum makan. Makanya, kebiasaan ini harus diperbaiki,” kata dr. kata Moretta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *