Gaya hidup HIDUP – Di tengah meningkatnya tren pasangan yang memilih menikah muda, kesehatan seksual seringkali menjadi aspek penting yang kurang diketahui. Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa kesehatan seksual berperan penting dalam menciptakan hubungan keluarga yang harmonis dan memuaskan.
Tren terkini menunjukkan semakin banyak pasangan muda yang memutuskan untuk menikah dan memulai sebuah keluarga di usia yang lebih muda dibandingkan generasi sebelumnya.
Namun, kurangnya pengetahuan atau pemahaman mengenai kesehatan seksual seringkali menjadi permasalahan utama bagi para pasangan tersebut. Yuk lanjutkan membaca artikel selengkapnya di bawah ini.
Permasalahan kesehatan seksual yang dihadapi pasangan muda beragam, mulai dari komunikasi yang tidak efektif mengenai kebutuhan dan keinginan seksual hingga permasalahan dalam menjaga kesehatan reproduksi.
Banyak pasangan muda yang merasa tidak nyaman atau tidak tahu bagaimana membicarakan topik seksual secara terbuka, sehingga dapat menimbulkan stres dan ketidakpuasan dalam hubungan.
Subyek tersebut juga telah diperkenalkan dalam serial drama dalam dan luar negeri, antara lain Kawin Tangan yang dibintangi oleh Reza Rahardian dan Mikha Twambang.
Diketahui, Micah pemeran Elsa sudah menikah selama 8 bulan namun belum menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Namun di sisi lain, Edi yang diperankan Reza Rahardian kesulitan berhenti saat berhubungan seks.
Terkait hal tersebut, Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi, dr Made Suyasa Jaya, SpOG (K) mengungkapkan, kesehatan reproduksi memegang peranan penting dalam kehidupan pasangan yang sedang atau akan menikah.
“Salah satu permasalahan kesehatan reproduksi yang sering dihadapi adalah infertilitas, yaitu suatu kondisi dimana pasangan tidak dapat mempunyai keturunan meskipun telah melakukan hubungan seksual secara teratur selama 1-2 tahun,” kata dr Feito.
Infertilitas tidak hanya menjadi permasalahan medis, namun juga menunjukkan rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan reproduksi.
“Peningkatan kasus infertilitas yang mencapai lebih dari 10%, terutama di negara berkembang seperti Indonesia, menunjukkan perlunya upaya lebih untuk meningkatkan pemahaman dan menyelesaikan permasalahan kesehatan reproduksi di masyarakat,” ujarnya.
Program edukasi yang luas dan masif perlu dilaksanakan untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai masalah infertilitas di tengah banyaknya mitos yang beredar di masyarakat.
Seperti diketahui, gangguan kesuburan bisa muncul karena berbagai faktor, mulai dari sperma, sel telur, dan lain sebagainya.
Sedangkan untuk mengatasi masalah infertilitas sendiri dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik seperti pemeriksaan pembuluh darah dan rahim dengan HSG serta pemeriksaan status sperma.
Lebih lanjut, pasangan juga diharapkan tidak terpengaruh oleh informasi menyesatkan mengenai infertilitas. Disarankan agar Anda mengakses sumber informasi terpercaya mengenai hal ini.