Titik Kumpul – Baru-baru ini media sosial diramaikan dengan berita penipuan kartu kredit bagi calon mahasiswa baru untuk masuk ke sekolah impiannya. Sebagaimana kita ketahui, perubahan hasil raport seringkali menjadi isu kontroversial karena berdampak pada integritas pendidikan dan keadilan bagi seluruh siswa.
Banyak siswa dan orang tua yang terpaksa mendapatkan nilai tinggi agar bisa masuk ke sekolah favoritnya melalui proses kesuksesan. Oleh karena itu, berbagai cara dilakukan untuk bisa masuk ke sekolah impian Anda, salah satunya adalah dengan meningkatkan scorecard.
Berbicara soal isu paling kontroversial, belakangan ini heboh karena pengakuan Kepala Sekolah SMPN 19 Depok yang terang-terangan mengakui kesalahannya.
Diunggah di laman akun Instagram @depok24jam, Kepala Sekolah SMPN 19 Nenden Eveline Agustina mengungkapkan siap menanggung segala ancaman atas kesalahannya merusak rapor 51 siswanya.
Meski demikian, pihaknya menunggu tindakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi terkait permasalahan tersebut.
“(Dan saat ini) masih ada. Apapun hasilnya, kita harus siap,” kata Titik Kumpul.co.id dari atas Instagram.
Nenden akhirnya mengaku secara terang-terangan bahwa memang benar dirinya mengutak-atik laporan 51 siswa tersebut. Akibatnya, penerimaan 51 siswa dari delapan SMA di Depok tersebut dibatalkan meski sudah diterima.
Reaksi warganet
Sontak postingan yang baru-baru ini ramai diperbincangkan ini mendapat reaksi dari warganet. Manajemen risiko dalam rapor ini langsung menarik perhatian masyarakat dan menjadi salah satu fitur unggulan dalam rencana PPDB 2024.
“Jujur aja, gapapa mba..soalnya sekarang kasih onderdil motor atau mobil atau cicilan rumah. Bagaimana usahanya? Bisa membingungkan? Jadi carilah yang berkenan di sisi Allah. Kalau mau keluargamu aman di dunia ini hari terakhir,” katanya kepada orang lain di internet.
“Menurut saya, mulai dari sistem zona, banyak anak yang menganggap remeh nilai, apalagi anak yang rumahnya dekat dengan sekolah negeri. Dulu, ketahuilah kalau mau masuk sekolah negeri, Nilainya. (NEM-PBB) harusnya lebih besar,” tulis netizen.
“Bawalah pendidikan dan nilai NEM dan Rayon agar mereka bisa masuk sekolah tempat mereka belajar dengan baik sehingga bisa mendapat hasil yang baik tanpa Katrol atau sekolah modifikasi,” sahut yang lain.
“Jangan salahkan pihak sekolah..ini resiko hukum untuk masuk ke mata kuliah yang sangat sulit,” sahut yang lain.
Rencana Kemendikbud harus dikaji ulang, saya yakin banyak kasus seperti ini,” kata yang lain.
“Mereka tidak merasa giat belajar untuk Ujian Nasional, padahal mereka takut ada siswa pintar yang tidak ikut Ujian Nasional,” sahut yang lain.