Marak Fenomena ‘Brain Drain’, Jadi Harus Ngapain?

VIVA Tekno – Belakangan ini fenomena “brain drain” semakin menjadi perbincangan hangat dalam perbincangan ketenagakerjaan global.

Istilah ini mengacu pada perpindahan pekerja terampil dari satu negara ke negara lain, atau lebih sering dari satu negara ke negara lain, untuk mencari peluang karir yang lebih baik atau standar hidup yang lebih tinggi.

Biasanya para profesional seperti dokter, ilmuwan, mekanik, dan petugas kesehatan terlibat dalam fenomena ini.

Dampak “brain drain” bisa sangat merugikan, apalagi jika negara asal kehilangan tenaga ahli yang penting bagi perkembangan industrinya sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi.

Menurut data dari Global Economic Human Flight Brain Drain Index, Indonesia berada di urutan keempat di Asia Selatan dalam hal migrasi orang-orang berketerampilan tinggi antara tahun 2007 dan 2023. Laporan “Decoding Global Talent 2024: Mobility Trends” yang ditulis oleh Jobstreet di PETO mengungkap hal tersebut. banyak profesional Indonesia mencari peluang karir yang lebih baik di luar negeri, dengan Australia, Jepang dan Singapura sebagai tujuan utama mereka.

Alasan utama migrasi ini adalah kesempatan kerja yang lebih baik, kualitas hidup yang lebih baik, dan pendapatan yang lebih tinggi.

Dampak negatif “brain drain” dirasakan di berbagai sektor. Kurangnya pekerja terampil dapat merusak struktur pekerjaan, menghambat perkembangan industri, dan pada akhirnya menghambat pertumbuhan ekonomi.

Fenomena ini juga dapat bertentangan dengan tujuan jangka panjang Indonesia, seperti visi emas Indonesia pada tahun 2045.

Kesempatan kerja yang terbatas dan kualitas kerja yang tidak memadai memaksa talenta-talenta terbaik untuk mencari peluang di luar negeri.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Jobstreet di PETO menawarkan berbagai rekomendasi bagi perusahaan dalam perekrutan dan retensi karyawan. Berikut beberapa langkah yang dapat Anda lakukan: 1. Evaluasi dan evaluasi kompensasi dan tunjangan

Perusahaan harus menawarkan lingkungan kerja yang terjangkau dan kompetitif. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan upah dan tunjangan, serta menciptakan budaya kerja yang inklusif dan mendukung kualitas hidup yang baik. Sumber daya akses internet, dukungan biaya transportasi, dan program perizinan khusus dapat menjadi daya tarik tambahan yang membuat karyawan enggan pindah ke perusahaan lain atau bekerja di luar negeri.

2. Perkembangan seni

Anda juga dapat memberikan program pelatihan yang relevan untuk membantu mempersiapkan tenaga kerja dan keterampilan mereka. Berinvestasi dalam pengembangan karir tidak hanya meningkatkan kepuasan dan loyalitas karyawan, namun juga mempercepat karir mereka, mengurangi risiko mereka meninggalkan perusahaan. Beberapa Dukungan

Memberikan berbagai dukungan kesejahteraan karyawan yang ditargetkan, seperti dukungan kesehatan mental, program bantuan karyawan, inisiatif keseimbangan kehidupan kerja. Lingkungan kerja yang mendukung akan membantu mengurangi stres dan meningkatkan kepuasan kerja, sehingga membuat karyawan lebih mungkin bertahan di perusahaan.

Dengan menerapkan langkah-langkah ini, perusahaan dapat mengurangi dampak fenomena “brain drain”, mempertahankan talenta lokal, dan berkontribusi terhadap pertumbuhan industri dan ekonomi di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *