SUKABUMI – Masyarakat saat ini diresahkan dengan beredarnya makanan mengandung zat berbahaya yang dijual bebas. Hal ini mendorong Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menghimbau masyarakat untuk lebih selektif dalam mengonsumsi makanan yang saat ini beredar bebas.
Salah satu kasus peredaran makanan berbahaya asal Tiongkok terjadi beberapa waktu lalu di Sukabumi. Akibat peredaran tersebut, puluhan siswa SDN Cidadap I, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi mengalami pusing, mual, dan muntah usai membeli jajanan asal China. Gulir untuk informasi lebih lanjut.
Pengurus Harian Yayasan Konsumen Indonesia (YLKI), Sudaryatmo pun angkat bicara dan meminta pemerintah bertindak tegas terhadap peredaran makanan ilegal asal China tersebut. Ia meminta pemerintah menelusuri rantai makanan tersebut agar leluasa beredar.
“Jika memungkinkan, pelaku yang terlibat dalam penyediaan, peredaran, dan perdagangan produk ilegal akan ditelusuri dan diproses secara hukum,” kata Sudaryatmo dalam keterangannya, yang dikutip Senin, 15 Juli 2024.
Ia pun menduga peredaran makanan berbahaya asal Tiongkok sudah meluas. Sebab contoh kasus tersebut terjadi di tempat yang jauh dari kawasan perbatasan antar negara.
“Sukabumi bukan daerah perbatasan ya? “Kecuali di Kalbar ya, masuk akal (peredarannya ilegal),” kata Sudaryatmo.
Sudaryatmo merenungkan hal itu dan juga meminta kewaspadaan lebih besar. Hal ini agar diharapkan terjadinya gangguan kesehatan dari jajanan yang mengandung bahan berbahaya.
Ia juga mendesak pemerintah daerah, khususnya instansi terkait seperti dinas pendidikan dan kesehatan, untuk lebih aktif melakukan pengawasan. Sebab, kejadian di Sukabumi berada di ranah kedua dinas tersebut.
“Sejak jajanan ini masuk ke sekolah, maka pemerintah daerah khususnya Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan harus secara berkala melakukan pengawasan di sekolah terhadap produk yang dijual,” kata Sudaryatmo.
Selain itu, dia mengatakan kasus keracunan mungkin terjadi karena lemahnya pengawasan dan regulasi di Indonesia. Hal ini membuat Indonesia kebanjiran produk Tiongkok yang di bawah standar.
“Di China ada produknya bagus, ada juga produk standarnya. Kalau regulasi kita lemah, pengawasannya juga lemah, maka akan menjadi incaran masuknya produk-produk di bawah standar dari China,” kata Sudaryatmo.
Beberapa tahun terakhir, kualitas makanan asal Tiongkok menjadi sorotan. Pasalnya, banyak kasus yang menunjukkan makanan asal China bermasalah.
Belakangan ini beredar informasi mengenai penemuan minyak goreng asal China mengandung bahan bakar. Hal ini bisa terjadi karena truk tangki tidak dibersihkan sesuai prosedur setelah mengangkut bahan bakar. Cara ini diyakini bertujuan untuk menekan biaya dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat.
Kasus makanan juga terjadi pada tahun 2023 dimana investigasi di salah satu perusahaan bir ternama menemukan produknya tidak steril akibat munculnya video yang memperlihatkan seorang pegawai pabrik buang air kecil pada bahan baku pembuatan minuman beralkohol tersebut.
Pada tahun sebelumnya, 2022, raksasa pengolahan daging babi Henan Shuanghui harus meminta maaf setelah praktik kerja yang tidak sehat seperti mengemas daging yang jatuh ke lantai dan pekerja yang mengenakan seragam kotor terungkap.
Rentetan kasus ini juga mengingatkan kita pada skandal besar di Tiongkok, di mana ditemukan kandungan melamin dalam susu. Dampaknya menewaskan enam bayi dan meracuni ratusan ribu anak.