Dokter Ungkap Fakta Hoarding Disorder, Rentan Dialami Orang yang Tinggal Sendiri

VIVA LIFESTYLE –  Kata ‘gangguan’ menjadi pusat perhatian setelah viralnya video anak-anak di rumah yang mengumpulkan sampah dan barang tak berguna lainnya berserakan di ruangan. Dalam video tersebut terlihat sang ibu rumah tangga menghampiri pemilik kamar yang diduga mengidap kelainan tersebut.

Nyonya rumah datang ke kamar yang penuh dengan sampah bersama dengan orang lain yang sedang tidur di rumah tersebut dan sudah menjadi tugas mereka untuk mencatat penyerangan tersebut. Mereka datang dengan membawa masker karena bau tidak sedap yang berasal dari luar kamar. 

Jadi, apa yang dimaksud dengan gangguan penyimpanan? Farhan Zubedi menjelaskan, gangguan produktivitas menunjukkan perilaku seseorang yang mempunyai masalah dalam membuang barang atau sampah dan mengumpulkan barang-barang yang tidak berfungsi.  Hal itu diungkapkannya melalui unggahan video TikTok. 

Seiring waktu, konten tidak berguna seperti yang ada di video viral akan menumpuk. Praktik buruk ini membuat lingkungan menjadi tidak nyaman dan tidak sehat.

Merujuk pada Siloam Hospitals, praktik menumpuk barang-barang tak terpakai di dalam kamar atau rumah dapat menurunkan kualitas hidup seseorang. Kebersihan ruangan juga kurang terjaga karena produk ini lambat laun berdebu. Sehingga berpotensi besar menimbulkan gangguan kesehatan, khususnya penyakit sistem pernafasan

Meski sama-sama suka menyimpan barang, kelainan debu mereka sangat berbeda dengan penimbun. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kolektor adalah orang yang mengumpulkan barang-barang koleksi (perangko, barang bersejarah, dan lain-lain) yang terutama berkaitan dengan minat atau hobi.

Para kolektor menyimpan barang-barangnya dengan rapi, biasanya di lemari. Sebaliknya, penderita gangguan obsesif kompulsif cenderung ceroboh. 

“Orang yang hidup sendiri, orang yang tumbuh di lingkungan terlantar, atau orang yang memiliki masa kecil yang sulit mungkin mengetahui masalah pengumpulan,” kata Dr. Farhan Zubedi.

Mengutip Mayo Clinic, ada beberapa alasan mengapa orang dengan gangguan obsesif-kompulsif menimbun barang-barang yang tidak perlu. Mereka melihat hal ini sebagai sesuatu yang istimewa.

Mereka percaya bahwa sesuatu akan dibutuhkan atau berguna di masa depan. Penyebab lainnya adalah Anda merasa terikat secara emosional dengan kenangan indah, saat-saat bahagia atau hadiah dari orang tertentu sehingga tidak ingin membuangnya. 

Alasan lain mengapa penyintas gangguan ini merasa aman dan nyaman ketika dikelilingi oleh berbagai hal. Akhirnya mereka tidak mau kehilangan apapun.

Dokter yang kerap membagikan informasi edukasi kesehatan di TikTok mengatakan hal tersebut terkait dengan kondisi mental yang meningkatkan risiko seseorang menderita gangguan produktif, seperti depresi, kecemasan, skizofrenia, dan penyakit mental lainnya.

Seperti gangguan jiwa lainnya, gangguan komunikasi tidak dapat disembuhkan sepenuhnya, namun dokter Farhan Zubedi menyarankan penderita gangguan komunikasi untuk menjalani pengobatan dengan bantuan psikolog atau psikiater. Tujuannya adalah untuk mulai membiarkan tindakan ‘mengumpulkan’ objek yang tidak diperlukan. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *