VIVA – Maarten Paes resmi menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) usai diambil sumpahnya di Jakarta pada Selasa, 30 April 2024
Pengambilan sumpah dilakukan di Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia DKI Jakarta dan dipimpin oleh Kepala Kanwil R. Andika Dwi Prasetya.
Maarten Paes mengaku sangat senang menjadi warga negara Indonesia. Penjaga gawang FC Dallas ini juga sudah tidak sabar bermain untuk timnas Indonesia.
“Saya sangat bangga. Ini adalah momen (bersejarah) yang besar bagi saya. Momen membahagiakan untuk berbagi dengan masyarakat Indonesia. Saya sangat bangga dan tidak sabar untuk bermain (bersama timnas Indonesia),” kata Maarten Paes.
Pemain kelahiran Belanda itu tak hanya punya keinginan bermain untuk timnas Indonesia. Namun ia juga ingin menjadi panutan dan panutan bagi generasi muda.
“Semuanya jelas untuk Juni mendatang (Kualifikasi Piala Dunia 2026). Saya pikir negara ini pantas berpartisipasi di Piala Dunia dan itulah tujuan utama saya: bermain sebanyak mungkin,” kata Paes.
“Juga agar saya bisa membuat perbedaan (untuk timnas) di dalam dan di luar lapangan. Karena saya juga ingin menjadi teladan bagi generasi muda.”
“Fans di Indonesia luar biasa. Mereka adalah orang-orang paling setia yang saya kenal dan mereka penuh semangat. Di Kejuaraan Asia U-23 kali ini Anda bisa melihat bagaimana mereka mendukung tim nasional bahkan di luar stadion,” kata Maarten Paes.
Paes merupakan penjaga gawang kelahiran 14 Mei 1998 di Nijmegen, Belanda. Penjaga gawang dengan tinggi 191 cm ini saat ini bermain di Liga Amerika Serikat (MLS) untuk FC Dallas.
Paes memiliki darah Indonesia dari neneknya yang lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Pare, Kediri, Jawa Timur.
Ia merupakan pemain naturalisasi yang direkomendasikan Shin Tae Yong untuk bergabung dengan timnas Indonesia. Penjaga gawang berusia 25 tahun itu menjalani proses naturalisasi bersama Thom Haye dan Ragnar Oratmangoen pada awal Maret 2024.
Maarten Paes diperkirakan bisa memperkuat timnas Indonesia saat menjalani kualifikasi Piala Dunia 2026 di Jakarta melawan Irak (6 Juni) dan Filipina (11 Juni).
