Semarang, Titik Kumpul – Siapa yang tak kenal Lawang Sewu? Sebuah bangunan ikonik di kota semarang jawa tengah yang mempunyai nilai sejarah di indonesia. Pada tahun 2000-an, Lawang Sewu menjadi tempat wisata populer karena “kisah mistis” yang digambarkan dalam acara TV misteri.
Popularitas Lawang Sewu pun semakin menanjak setelah ia tampil di acara tersebut. Faktanya, Lawang Sewu pernah diangkat menjadi film horor pada tahun 2007 berjudul “Lawang Sewu: Pembalasan Kuntilanak”. Jadi bagaimana kabarmu hari ini? Scroll untuk membaca cerita lengkapnya, yuk!
Dua dekade kemudian, kesan horor dan mistis Lawang Sewu nampaknya sudah berubah. Diketahui, gedung Lawang Sewu saat ini dimiliki dan dioperasikan oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI).
Pemandu wisata Lawang Sewu, Mochtar, mengatakan setelah KAI mengambil alih, Lawang Sewu “dipercantik” sehingga menarik lebih banyak wisatawan. Mulai dari lampu-lampu yang kini menerangi gedung, hingga pemanfaatan taman sebagai tempat berdagang UMKM dan live music.
“Gedung ini markas kereta api, bukan stasiun, bukan tempat penyiksaan seperti yang dikatakan orang,” kata Mochtar saat ditemui baru-baru ini di Lawang Sewu, Semarang, Jawa Tengah.
Ya, Lawang Sewu atau “seribu pintu” adalah markas Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Saat ini, gedung tersebut digunakan sebagai museum dan galeri sejarah kereta api oleh departemen Pusat Pelestarian dan Perancangan Sejarah dan kini dikelola oleh KAI Wisata, anak perusahaan KAI yang bergerak di bidang pariwisata.
Mengapa didirikan kantor pusat perkeretaapian di Semarang, karena Semarang merupakan kota pertama yang membangun perkeretaapian di Indonesia, pada tahun 1864, dan jalur kereta api dimulai di Semarang, kata Mochtar di sela-sela Media Gathering LRT Jabodebek di Semarang.
Ia juga menjelaskan asal usul nama “Lawang Sewu” yang membuat bangunan tersebut terkenal dan dikaitkan dengan horor. “Dinamakan Telaga Sewu karena pintunya banyak. Kalau orang Jawa bilang banyak, namanya ‘sewu’. Tapi setelah dihitung, pintunya hanya 928,” jelasnya.
Ia mengatakan, gedung tersebut memiliki banyak pintu untuk menjamin sirkulasi udara yang baik. “Dulu gedung ini tidak ada AC atau kipas angin, tapi di Semarang panas, jadi pintu-pintu ini menyejukkan,” kata Mochtar.
Perbedaan lain antara dulu dan sekarang adalah basement sudah tidak boleh lagi dikunjungi wisatawan. Basement atau “ruang bawah tanah” Lawang Sewu terkenal sebagai lokasi syuting acara TV mistis Dunia Lain.
Bawah tanah ini dirancang Belanda untuk menampung air, Semarang rawan banjir, sehingga basement dirancang atau dibangun untuk mengantisipasi banjir, air mengalir ke bawah, dan air di bawahnya juga berfungsi untuk melembabkan, mendinginkan bangunan, katanya.
Basement itu, kata dia, terakhir dikunjungi pada 2016. “Tutupnya bukan karena sesuatu yang mistis, tapi karena ada yang masuk, pingsan, karena sesak napas. Di bawah sana, memang tidak dirancang untuk orang masuk orang dan orang masuk duluan, karena penasaran.”