Langit Jadi Lebih Terang Gara-gara Ini

Jakarta, VIVA – Satelit Starlink baru SpaceX, yang dirancang untuk terhubung langsung ke ponsel cerdas, hampir lima kali lebih terang di langit dibandingkan satelit Starlink sebelumnya.

Hal ini membuat para astronom khawatir karena dapat mengganggu pengamatan mereka.

SpaceX memiliki rencana besar untuk membangun jaringan “menara seluler di luar angkasa” dengan ribuan satelit direct-to-cell (DTC) yang mengorbit Bumi.

Menyiarkan dari luar angkasa, jaringan ini menyediakan layanan telekomunikasi langsung ke smartphone tanpa memerlukan perangkat tambahan, asalkan pengguna bisa melihat langit.

Salah satu alasan mengapa satelit DTC bersinar adalah karena ketinggian orbitnya yang tinggi, sekitar 350 kilometer di atas permukaan bumi.

Ini lebih rendah dibandingkan satelit Starlink yang berada di ketinggian 550 kilometer. Karena orbitnya yang lebih dekat, satelit-satelit ini tampak lebih terang di langit.

Pada Januari 2024, SpaceX meluncurkan enam satelit DTC gelombang pertama. Untuk waktu yang singkat, salah satu satelit ini digunakan untuk mengirim pesan teks.

Lima bulan kemudian, SpaceX berhasil melakukan panggilan video dengan satelit-satelit ini dan bekerja sama dengan T-Mobile untuk meluncurkan layanan tersebut kepada pelanggan akhir tahun ini. Saat ini, terdapat lebih dari 100 satelit DTC di orbit Bumi.

Namun penelitian menunjukkan bahwa SpaceX saat ini belum menerapkan teknik peredupan pada satelit DTC seperti pada Starlink.

Teknik-teknik tersebut, seperti penyesuaian sasis dan panel surya, dapat mengurangi pantulan cahaya dari satelit kembali ke Bumi.

Di Starlink, metode ini memungkinkan pengurangan kecerahan satelit hingga sepuluh kali lipat.

Namun, jika metode ini diterapkan pada satelit DTC, kecerahannya akan 2,6 kali lipat dibandingkan Starlink.

Hal ini menimbulkan tantangan baru bagi para astronom, yang khawatir jejak terang bulan akan mengganggu pengamatan langit malam.

7J-CCW4MX5M

Kekhawatiran ini tidak terbatas pada pengamatan astronomi saja. Semakin banyak satelit yang diluncurkan, maka semakin dekat jarak ruang di sekitar bumi dengan objek yang mengorbit.

Hal ini meningkatkan risiko tabrakan di luar angkasa, yang dapat menimbulkan puing-puing berbahaya yang tidak hanya mengancam satelit lain, tetapi juga membahayakan astronot di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

Sekalipun satelit-satelit ini berhasil dideorbitkan, para ilmuwan khawatir bahwa banyaknya satelit yang masuk kembali ke atmosfer bumi dapat mempengaruhi komposisi kimianya.

Para ahli mengatakan dampak buruk terhadap astronomi bisa jadi hanyalah awal dari masalah yang lebih besar yang perlu segera diatasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *