WHO Tetapkan Mpox Darurat Kesehatan Global, Bagaimana Situasi di Indonesia?

Jakarta, VIVA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan mpox, atau yang dulu dikenal sebagai cacar monyet, sebagai darurat kesehatan global. Hal ini mengingat peningkatan kasus yang signifikan di berbagai negara di dunia. 

Terkait hal tersebut, pemerintah Indonesia juga sedang mempersiapkan langkah-langkah untuk menangani penyebaran mpox. 

“Penyakit ini awalnya dikenal dengan sebutan cacar monyet karena diketahui penularannya pertama kali dari hewan ke manusia, terutama dari kera. Namun kini mpox bisa menular dari manusia ke manusia,” kata Plt Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Ditjen P2P) di Jakarta. Kementerian Kesehatan Yudhi Pramono dalam konferensi pers online pada Minggu, 18 Agustus 2024.

Ia menjelaskan, mpox secara global menunjukkan tren peningkatan yang signifikan, terutama di Afrika yang menjadi pusat penyebaran utama. Terdapat 116 negara yang ditemukan kasus mpox dan jumlah kasus terkonfirmasi mencapai 99.176 dengan 208 kematian pada tahun 2022 hingga Juni 2024. 

“Di Afrika, khususnya di Kongo, Uganda, Rwanda, dan Kenya, varian clade 1B mendominasi. Varian ini paling banyak menular melalui kontak seksual,” ujarnya. 

Negara-negara dengan kasus terbanyak antara lain Amerika Serikat, Brasil, Spanyol, Meksiko, Prancis, dan Kongo. Selain itu, Amerika Serikat, Peru, Brasil, dan Kongo melaporkan angka kematian tertinggi akibat mpox.

Sementara kasus mpox di Indonesia sendiri mengalami peningkatan. Berdasarkan data, sepanjang tahun 2022 hingga 2024, tercatat 88 kasus terkonfirmasi.

“Pada tahun 2022 terdapat 1 kasus terkonfirmasi, meningkat menjadi 73 kasus pada tahun 2023 dan 14 kasus pada tahun 2024. Jakarta menjadi wilayah dengan jumlah kasus terbanyak,” jelas Yudhi.

Dari 88 kasus terkonfirmasi, 87 di antaranya sudah sembuh. Sedangkan ada satu kasus yang masih dalam proses penyembuhan.

Dari sisi pencegahan, pemerintah Indonesia juga telah melakukan upaya pengendalian mpox, termasuk vaksinasi. “Vaksinasi sudah kita lakukan di beberapa tempat. Sebanyak 2.850 dosis vaksin sudah diterima dari ASEAN dan 1.600 vial vaksin dipesan dari Denmark. Vaksinasi ini terutama ditujukan kepada kelompok risiko, termasuk tenaga kesehatan,” ujarnya. .

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *