Armor Akui Pernah KDRT di Depan Anaknya hingga Trauma Bertemu Laki-laki: Saya Mengaku Salah

BOGOR, VIVA – Kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan Armor Toreador terhadap istrinya Kat Intan Nabila (KDRT) bukan hanya terjadi satu kali saja. Bahkan, pria pemilik barber shop ini mengaku melakukan kekerasan di depan anak-anaknya hingga membuat mereka trauma dan takut bertemu laki-laki.

Kapolres Bogor AKBP Rio Wahyu Angorol Armor yang mengenakan baju oranye yang sama dengan pelaku mengakui perbuatannya. “Kemarin kita tangkap ATG. Kita selidiki, tangkap tersangka dengan tiga alat bukti. ‘Berapa kali kamu melakukan KDRT terhadap istri dan anakmu?’ “Lebih dari 5 kali sejak tahun 2020,” kata Armor sambil menunduk, “Kamu tidak memikirkan kondisi ketiga anakmu. Akui dengan tenang bahwa dia salah. “Ya, saya akui saya salah. Saya siap dan saya berjanji akan melakukan proses peradilan dengan cara yang benar,” kata Armor.

Ryo kemudian bertanya apakah dia telah menganiaya anaknya sebanyak lima kali di hadapannya. Tentara juga menerima. “Tidak pernah, biasanya bersama-sama,” katanya. Armor pun mengaku tetangga dan orang tuanya sudah mengetahui perilaku kasar istrinya.  “Kau tahu,” katanya. Di hadapan Armour, Kapolres juga membenarkan bahwa kasus tersebut sedang dilanjutkan. “Sekarang harus menerima konsekuensinya. Saya akan berjuang menyelesaikan kasus ini dan bekerja sama dengan KPAI, Kementerian PPPA, dan Kementerian PMK untuk menyelamatkan jiwa istri dan anak-anaknya,” kata Kapolres. Rio mengatakan, anak-anaknya yang menjadi korban KDRT takut bertemu laki-laki. “Anggota kami tiba di TKP kemarin pukul 13.30 WIB. Namun hingga pukul 14.00 kami baru bisa masuk karena menunggu penyidik ​​dari pihak polwan. Kami mengobati trauma anak korban. Karena informasi tersebut kami terima, pembantu rumah, anak-anak” Korban terlalu takut bertemu laki-laki. Jadi mohon maaf, mohon bantuannya agar kasus ini bisa kita selesaikan dengan baik,” kata Rio. Dalam kasus ini, lanjut Rio, Kementerian PPPA berupaya untuk menyembuhkan trauma anak korban dan pelaku. Atwirlany Ritonga, Anak Berkebutuhan Khusus di PPPA Kementerian Asisten Pelayanan menyampaikan bahwa pemerintah juga turut prihatin dengan kasus ini, “Ini bukan KDRT yang pertama dan bukan merupakan hal pribadi yang dilakukan atau diucapkan oleh korban. Dan saat ini kami menaruh perhatian pada ketiga anak korban dan tersangka yang sedang menghadapi atau menerima kekerasan baik langsung maupun tidak langsung yang dilakukannya, ujarnya. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *