Hadapi Ancaman Rusia dan China, Amerika Siapkan Strategi Nuklir Rahasia

LANGSUNG – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dikabarkan mendukung strategi nuklir rahasia terbaru untuk melawan ancaman tiga negara: Rusia, China, dan Korea Utara.

Informasi tersebut diungkapkan pejabat pertahanan AS di Washington pada Selasa 21 Agustus 2024, dalam laporan yang dilansir VIVA Military dari The New York Times.

Biden juga menyetujui dokumen yang disebutnya sebagai “Panduan Pekerjaan Nuklir,” yang diterapkan pada Maret 2024. 

Dokumen tersebut merupakan tanda pertama bahwa doktrin nuklir AS terfokus pada pengembangan kemampuan nuklir Chima. Dokumen ini diperbarui setiap empat tahun dan sangat rahasia. Jadi saya tidak tahu salinan digitalnya.

Pada awal Agustus 2024, Asisten Menteri Pertahanan Bidang Kebijakan Luar Negeri Vipin Narang menyatakan bahwa Presiden AS telah mengeluarkan pedoman terbaru mengenai penggunaan senjata nuklir.

Amerika Serikat memerlukan panduan pengguna ini untuk mempertimbangkan banyaknya negara yang mereka anggap sebagai musuh yang memiliki senjata nuklir.

“(Biden) baru-baru ini mengeluarkan pedoman terbaru mengenai penggunaan senjata nuklir untuk memperhitungkan banyaknya jumlah musuh yang memiliki senjata nuklir,” kata Narang.

Saat ini, Amerika Serikat terus mengkhawatirkan peningkatan kemampuan nuklir Tiongkok, kata Narang. Sebab puluhan tahun yang lalu, Paman Sam tidak mempertimbangkan keterampilan ini.

Namun, juru bicara Gedung Putih Sean Savett membantah bahwa pedoman terbaru mengenai penggunaan senjata nuklir difokuskan pada pencegahan terhadap negara-negara tertentu.

“Pedoman yang dikeluarkan awal tahun ini bukanlah tanggapan terhadap suatu entitas, negara, atau ancaman,” kata Savet, seperti dikutip VIVA Military dari Russia Today.

Pada tahun 2023, Pentagon memperkirakan Tiongkok akan melipatgandakan persediaan hulu ledak nuklir operasionalnya menjadi 1.000 unit pada tahun 2030. Semua dalam keadaan siaga tinggi. 

Menurut laporan yang diterbitkan VIVA Military dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), Rusia saat ini memiliki 6.255 hulu ledak nuklir. Sedangkan AS saat ini memiliki 5.550 hulu ledak.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *