Yamaha PG-1 yang Jadi Pesaing Honda CT125 Meluncur dengan Harga Rp24 Jutaan

Jakarta, VIVA –  Yamaha PG-1 2024 akhirnya resmi diluncurkan di Malaysia, motor bebek klasik bergaya petualang ini akan menjadi pesaing berat Honda CT125. Menariknya, motor ini dijual jauh lebih murah dibandingkan Honda.

Pada Senin, 26 Agustus 2024, dilansir VIVA Otomotif dari Paultan, motor bebek ini pertama kali diluncurkan di Thailand. Kini Yamaha PG-1 resmi masuk ke Negeri Jiran dengan harga 6.998 ringgit atau setara Rp 24.738.181.

Ini adalah harga eceran yang direkomendasikan dan tidak termasuk pajak jalan raya, registrasi dan asuransi. PG-1 hadir dalam dua warna dan hadir dalam paket aksesori dari Hong Leong Yamaha Motor.

Dari segi tampilan, motor ini memiliki bentuk moped klasik, namun dengan sentuhan motor trail. Ia menggunakan roda gigi yang dikombinasikan dengan tujuan ganda.

Soal mesin, Yamaha PG-1 SOHC ditenagai mesin 4 tak, 1 silinder, 2 katup, berpendingin udara berkapasitas 114 cc atau dibulatkan menjadi 115 cc. Mesinnya memiliki silinder x langkah 50.0mm x 57.9mm dan rasio kompresi 9,3:1 serta memiliki sistem pengapian TCI. 

Tenaga mesin disalurkan melalui sistem transmisi 4 percepatan. Dari segi fitur, motor ini cukup sederhana, memiliki panel instrumen analog dan kapasitas bensin hanya 5,1 liter.

Rem depan sudah cakram depan dan belakang. Dari segi harga, motor ini tidak bisa dibandingkan dengan Honda CT125 yang dijual Rp 81.850.000 di Indonesia karena CBU.

Selain itu, CT125 dilengkapi dengan fitur-fitur modern. Mulai dari lampu full LED dan instrument cluster digital, mesinnya lebih besar yakni 125 cc.

Kapan Yamaha PG-1 Masuk Indonesia? Antonius Widiantoro yang saat itu masih menjabat, Asst. General Manager Marketing dan Public Relations PT YIMM menilai kini akan melihat kondisi pasar yang lebih meminati sepeda motor matic.

“Karena pasar membutuhkannya atau tidak. Karena otomatisasi mendominasi di Indonesia, kita perlu mencari tahu apakah hal ini cocok untuk diterapkan di Indonesia. Hal ini juga menyesuaikan dengan gaya berkendara konsumen. Jika ingin lebih nyaman, otomatis adalah pilihannya. “Itu pasar hobi, ada di Indonesia, tapi terbatas sekali,” kata Anton akhir tahun lalu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *