Titik Kumpul – Pemerintah mengambil berbagai langkah untuk mempercepat kendaraan listrik untuk mencapai netralitas karbon pada tahun 2060. Banyak insentif yang diberikan untuk mendorong masyarakat beralih ke mobil ramah lingkungan. Khusus mobil listrik baterai, pemerintah memberikan insentif berupa potongan PPN (pajak pertambahan nilai) sebesar 10 persen, sehingga beban pajak bagi konsumen hanya satu persen.
Hanya mobil listrik produksi dalam negeri yang memiliki TKDN (tingkat komponen dalam negeri) minimal 40 persen yang bisa mendapatkan pembebasan PPN. Saat ini hanya ada beberapa model. Mobil listrik yang ikut menikmati keringanan ini antara lain Wuling Air EV, BinguoEV, Cloud EV Hyundai Ioniq 5, Chery Omoda E5, dan Kona Electric. Tak hanya itu, pemerintah juga memberikan kelonggaran terhadap EV yang berstatus impor melalui insentif CBU (Completely Built Up) berupa bebas bea masuk hingga PPNBM (pajak penjualan atas barang mewah), namun hanya BYD yang menikmatinya. . Secara spesifik, insentif CBU hanya berlaku selama dua tahun setelah BYD menjual lini mobil listriknya di Indonesia, setelah itu harus diproduksi di dalam negeri dengan pabrik baru di kawasan Subang, Jawa Barat. Penjualan mobil listrik juga meningkat berkat serangkaian insentif, namun angka polusi udara masih tinggi khususnya di Jakarta, yang dalam beberapa hari terakhir menduduki peringkat pertama dunia dengan kualitas udara terburuk. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia, penjualan mobil listrik mencapai 17.826 unit pada Januari-Juli 2024, naik dari periode yang sama tahun lalu yang hanya 6.928 unit. Rencana insentif awal, yang seharusnya berakhir pada tahun 2024, belum mengalami revisi kebijakan apa pun. Sementara itu, mantan Gubernur DKI Jakarta Anees Baswedan sudah angkat bicara jauh sebelum keringanan pembelian mobil listrik muncul. “Masalah polusi udara bukan pada subsidi mobil listrik, melainkan pemilik mobil listrik yang tidak membutuhkan subsidi. Dan pengalaman kami di Jakarta, kendaraan listrik swasta tidak akan menggantikan mobil yang ada di garasinya, tapi ada akan terjadi. “Lebih banyak mobil di jalan, lebih banyak lalu lintas di jalan,” kata Anees tahun lalu saat mencalonkan diri sebagai presiden pada 2024. Nama mantan menteri pendidikan itu kembali menjadi sorotan setelah sempat disebut-sebut akan dicalonkan PDIP sebagai DKI. Gubernur Jakarta.