Sempat Jatuh Bangun, Denara Bali Kini Sukses Bisnis Aneka Brand Heritage Khas Pulau Dewata

BALI, VIVA – Setelah mengalami jatuh bangun, Dinara Bali, brand perawatan kulit asal Bali yang didirikan pada tahun 2027, kini menjadi UMKM sukses dengan brand warisan Bali yang juga menawarkan produk spa.

Sathya Narayana, CEO Dinara Bali, mengungkapkan perjalanan menjadi perusahaan yang bergerak di industri perawatan tubuh tidaklah mulus. Dinara Bali, industri aromaterapi asli berupa dupa, tutup karena bangkrut. 

“Bisnis ini generasi kedua. Bisnis sebelumnya dimulai oleh orang tua saya. Saya baru bergabung pada tahun 2020,” kata Sathya pada acara media workshop Tokopedia dan Shop Tokopedia bersama UMKM Bali, Rabu, 28 Agustus 2024, di Denpasar

Sebagai generasi kedua, Sathya mengaku kesulitan karena harus meyakinkan orang tua yang mempercayainya untuk menjalankan bisnis tersebut.

“Saya generasi kedua, jadi bagaimana meyakinkan orang tua saya untuk memberikan tanggung jawab kepada saya, awalnya saya merasa sangat kesulitan, apalagi saya saat itu baru menyelesaikan kuliah. Bagi orang tua saya, kuliah hanya untuk saya. Teorinya adalah diberikan. Tapi saya tetap bertahan dan menunjukkan kesabaran kepada orang tua saya dan sekarang saya mengelola Dinara Bali sepenuhnya,” kata Sathya.

Sathya mengatakan, bisnis lokal tersebut dirintis oleh Dinara Bali bersama orang tuanya Med Diksa Vemunna dan drh. Nei Wayan Kesumavati Devi melihat peluang bisnis di industri kosmetik dan perawatan tubuh, khususnya produk Bali Spa, sangat menjanjikan di tahun 2007.

Ingin meraih pangsa pasar produk perawatan tubuh, ibunya pun mengikuti kursus pelatihan pembuatan formula perawatan tubuh.

“Ilmu yang didapat kemudian digunakan untuk menciptakan berbagai produk perawatan tubuh, seperti lulur dan sabun alami, yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar,” jelasnya.

Setelah setahun melakukan penelitian, Dinara Bali kembali didirikan pada Agustus 2008.

Namun pandemi COVID-19 yang berdampak pada hampir seluruh sektor industri berjalan lambat, termasuk sektor industri perawatan pribadi. Dinara Bali menjadi salah satu usaha yang terdampak pandemi dan hampir tutup karena seluruh sistem pemasaran masih offline.

Melihat dampak pandemi tersebut, Sathya turun tangan membantu orang tuanya dalam menjalankan bisnis.

“Kemudian saya lihat apa yang perlu dikembangkan dan ditingkatkan, lalu saya tambah tim seperti pemasaran, tim quality control, dan sekarang berjumlah 28 orang,” jelas Sathya.

Sathya mengatakan, meski hanya UMKM, namun usaha yang dijalankan harus tumbuh dan naik skala. Ia berinovasi dalam hal strategi penjualan. Jika dulu hanya mengandalkan retail, kini Dinara Bali juga menggunakan platform online seperti Tokopedia dan Shop Tokopedia.

Selain pemasaran, Sathya juga fokus mengembangkan berbagai produk yang menggunakan bahan baku lokal dari sumber daya alam Indonesia.

“Contohnya kami menggunakan kunyit untuk produk Heritage Edition, kunyit, lidah buaya, bengkuang, dan rumput laut,” ujarnya.

Dinara Bali juga mempekerjakan puluhan karyawan untuk bekerja dan berdampak pada masyarakat sekitar, termasuk para ibu rumah tangga yang kesulitan mendapatkan pekerjaan karena keterbatasan usia dan pendidikan.

Sathia mengatakan, membuka usaha produk perawatan tubuh memiliki tantangan tersendiri, seperti persaingan dalam bisnis tersebut. Banyaknya merek perawatan tubuh lokal di Bali berarti penting untuk bisa bersaing.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *