Pandangan Budi Arie soal Indonesia Digital

Jakarta, VIVA – Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi menekankan pentingnya infrastruktur sebagai landasan dalam pengembangan teknologi komunikasi dan digital.

Menurutnya, infrastruktur digital menjadi landasan utama kemajuan pemerintahan, perekonomian, dan masyarakat digital sebagaimana tertuang dalam Visi Indonesia Digital 2045, sebagai rencana transformasi digital lainnya.

Rencana yang telah ditetapkan antara lain membangun infrastruktur jaringan untuk mendukung konektivitas melalui kombinasi berbagai teknologi yaitu Fiber to the Home, Fixed Wireless, dan Cellular, serta adopsi teknologi IPv6 untuk mendukung konektivitas gigabyte.

Kemudian, penggelaran jaringan melalui penerapan resource sharing, penguatan strategi operasi layanan global (USO), dan strategi integrasi dengan penyedia media.

Selanjutnya membuka berbagai pilihan teknologi seperti penggunaan jaringan satelit kabel, nirkabel, GSO dan NGSO, serta teknologi jaringan non-terestrial lainnya.

Bodi Arya mengatakan di Jakarta, Jumat 30 Agustus 2024, “Penting untuk menerapkan kebijakan dan peraturan bagi perusahaan media yang ingin menjaga keberlanjutan perusahaan, menjaga fair play, dan menciptakan lingkungan persaingan yang sehat.”

Dengan rencana ini, diperkirakan cakupan layanan mobile broadband di setiap wilayah akan mencapai 100 persen antara tahun 2030 dan 2034, sekitar 514 kota akan memiliki kecepatan internet mencapai 1 gigabyte antara tahun 2040 dan 2045 dan rata-rata unduhan mobile broadband akan mencapai 760 megabit per detik. .

Ekspansi bisnis

Bukan hanya itu. Menkominfo juga menyampaikan, peningkatan konsumsi data di dunia dapat membuka peluang bisnis di sektor digital. Hal ini membuka peluang ekspansi bisnis pusat data dan analisis data.

Ia mengatakan akan ada sekitar 3,4 juta peluang bisnis digital pada tahun 2022, diperkirakan akan tumbuh menjadi 9,7 juta peluang bisnis pada tahun 2027.

Peningkatan ini terjadi seiring dengan berkembangnya teknologi-teknologi baru seperti teknologi 5G independen dan teknologi 5G canggih, dimana teknologi ini berpotensi memutus jaringan dan komunikasi rendah dengan keandalan rendah.

Teknologi ini memungkinkan peningkatan kecepatan Internet secara signifikan, memperluas jangkauan dan fleksibilitas jaringan. Lebih lanjut, teknologi kecerdasan buatan (AI) dinilai mampu meningkatkan produktivitas layanan pemasaran serta efisiensi administrasi dan manajemen jaringan.

Mengutip data EMR Claight, Bodi Aryeh mengatakan bahwa adopsi teknologi AI akan meningkatkan nilai pasar digital yang bisa mencapai $1,1 miliar pada tahun 2032. Namun, terdapat banyak permasalahan, yaitu kesenjangan konektivitas global, sementara sekitar $3,4 miliar dunia penduduknya tidak memiliki akses terhadap Internet.

Faktanya, 90 persen penduduk di kawasan ini tercakup dalam layanan mobile broadband. Menurutnya, tantangan terhadap pemerataan akses Internet berkecepatan tinggi 5G antara lain biaya infrastruktur yang tinggi, hambatan peraturan, dan biaya perangkat.

Selain itu, risiko keamanan siber seperti kebocoran data merupakan salah satu ancaman terbesar yang dihadapi perusahaan media di seluruh dunia. “Masalah ini (keamanan siber) penting bagi kami karena menyangkut data dan lain-lain,” jelas Menteri Komunikasi dan Informatika Bodi Aryeh.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *