Salah Kapral Soal DBD: Kalau Sudah Pernah Terinfeksi Berarti Sudah Kebal, Ini Faktanya!

Bandung, VIVA – Data Kementerian Kesehatan RI mencatat total kasus demam berdarah di Indonesia hingga minggu ke-33 tahun 2024 sebanyak 181.079 kasus dan kematian sebanyak 1.079 orang. Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan total kasus pada tahun 2023 yang berjumlah 44.438 kasus malaria dan 322 kematian. 

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Kementerian Kesehatan RI (P2PM), Dr. Anas Maruf, MQM, Plot. Dia mengatakan Indonesia menghadapi beban besar akibat demam berdarah, dengan ribuan kasus dilaporkan setiap tahunnya. Gulir untuk informasi lebih lanjut.

“Pemerintah telah menyusun strategi nasional yang komprehensif untuk memerangi penyakit ini dengan fokus pada penguatan sistem surveilans, pengendalian vektor, dan pemberdayaan masyarakat,” kata Dr Anas dalam keterangannya, Rabu, 11 September 2024. 

“Melalui Strategi Nasional Penanggulangan Demam Berdarah Dengue 2021-2025, tujuannya adalah menurunkan angka penyakit dan kematian akibat DBD secara berkelanjutan. Perlindungan menyeluruh sangat penting mengingat risiko demam tinggi mengancam semua orang tanpa terkecuali, tambahnya. 

Sementara itu, dokter anak Dr. Buti A. Azali, SPA, MKS mengatakan masih banyak kesalahpahaman mengenai penyebaran demam berdarah di masyarakat.

“Beberapa penderita demam berdarah berpikir bahwa mereka tidak terlindungi. Tidak akan terluka lagi. Faktanya, dengan adanya virus dengue serotipe 4, wabah demam berdarah bisa saja terulang kembali sehingga risikonya semakin buruk. Oleh karena itu, penting untuk lebih terlindungi melalui tindakan pencegahan yang tepat, termasuk vaksinasi, jelasnya. 

Menurut Dr. Buti, saat ini vaksin demam berdarah sudah bisa diberikan pada kelompok usia 6 hingga 45 tahun dan direkomendasikan oleh beberapa organisasi kesehatan, antara lain Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) untuk anak usia 6 tahun -18 tahun, dan dari Ikatan Dokter Spesialis. Dokter Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) berusia 19-45 tahun.

Namun jika ingin mendapatkan perlindungan yang lebih baik, sebaiknya vaksinasi dilakukan sesuai dosis yang dianjurkan. Adapun mengenai pemberian vaksin bersamaan dengan vaksin lainnya, tentunya masyarakat perlu lebih berkonsultasi dengan dokter mengenai hal tersebut, kata dokter.

Di antara seluruh kasus DBD di Indonesia, Kota Bandung memiliki jumlah kasus DBD tertinggi, yaitu 46.594 kasus dan 281 kematian. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan dibalik diadakannya ‘Kampanye Bersama Pencegahan DBD’ sebagai upaya meningkatkan kesadaran akan pentingnya pencegahan DBD. Setelah Sarabaya dan Jakarta, Bandung menjadi kota ketiga yang melaksanakan “Aksi Bersama Pencegahan DBD”.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Dr. R. Veni Adani Devi menjelaskan, di Provinsi Jawa Barat, pihaknya menghadapi tantangan besar dalam pencegahan dan pengendalian penyakit demam berdarah. 

“Setiap tahun banyak orang yang terkena penyakit ini, terutama di daerah padat penduduk. “Sejak awal September lalu, jumlah kasus malaria di Jabar mencapai 47.525 kasus dan meninggal sebanyak 286 kasus,” jelasnya.

“Kami melakukan yang terbaik melalui program pengendalian vektor dan menciptakan kesadaran masyarakat. Namun pencegahan malaria bukanlah tugas pemerintah saja, melainkan tanggung jawab kita bersama. “Dengan bekerja sama dengan pemerintah pusat, kami berkomitmen untuk menurunkan angka kasus dan kematian DBD di Jabar,” jelasnya. 

“Strategi ini memerlukan pendekatan terpadu yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu, kami mengajak masyarakat Jawa Barat untuk berpartisipasi aktif dalam pencegahan penyakit malaria melalui metode 3M Plus. Adopsi dan gunakan inovasi vaksin untuk perlindungan kesehatan kolektif,” ujarnya ditambahkan. 

Di tempat yang sama, Andreas Gutknecht, President of Innovative Medicines PT Takeda, mengatakan demam berdarah merupakan penyakit mematikan yang bisa menyerang siapa saja. 

“Di Indonesia, setiap orang berisiko terkena demam berdarah, terlepas dari tempat tinggal, usia, atau gaya hidup mereka. “Selain itu, anak-anak sekolah dan orang dewasa yang bekerja adalah kelompok yang paling rentan terkena penyakit ini, dan yang mengkhawatirkan adalah malaria merupakan demam mematikan pada anak-anak,” ujarnya. 

Oleh karena itu, kami sangat senang dapat melakukan upaya bersama untuk mencegah penyakit DBD dari satu kota ke kota lainnya, mengajak kita untuk lebih giat dan bersatu dalam memerangi penyakit malaria, kata Andreas, tutupnya. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *