Luhut Binsar Pandjaitan Sudah Tahu Soal BBM Baru, Lebih Bagus dari Pertalite?

VIVA – Pemerintah akan segera memberlakukan pembatasan bahan bakar bersubsidi seperti Pertalite dan Solar. Mengingat selama ini belum dimanfaatkan peruntukannya, maka dianggap membebani negara.

Oleh karena itu, penggunaan Pertalite untuk meringankan beban masyarakat akibat subsidi yang tidak tepat sasaran akan dibatasi. Saat ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sedang mengupayakan kebijakan tersebut.

Sebelumnya, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menyebut pembatasan BBM bersubsidi rencananya akan dilakukan pada September 2024, namun nyatanya kebijakan baru tersebut diundur hingga Oktober.

Sebelum diberlakukannya pembatasan pada bulan depan bagi pengguna Pertalite atau Solar, Pertamina memberikan lebih banyak insentif kepada masyarakat untuk mendaftarkan kendaraannya guna mendapatkan kode QR sebagai syarat pengisian bahan bakar preferensi.

Selain membatasi bahan bakar dengan oktan paling rendah, Pertamina juga diketahui sedang mengembangkan bahan bakar baru dengan kandungan sulfur lebih rendah agar emisinya lebih ramah lingkungan.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luxut Binsar Pandjaitan pun sudah mengetahui soal bahan bakar baru tersebut, namun sayangnya belum bisa memberikan informasi mengenai spesifikasi maupun namanya.

“Saya kira saya akan mendapatkannya, saya hampir mendapatkannya, tapi saya belum berani membukanya. Masalahnya bukan teknologi. Yang penting adalah langkah apa yang kita ambil terlebih dahulu agar kita bisa mengurangi pencemaran lingkungan,” katanya. kata Luhut kepada wartawan BSD, Tangerang, pada Rabu 18 September 2025.

Bahan bakar baru dengan lebih sedikit sulfur mengurangi emisi dan memperbaiki lingkungan. Hasilnya, udara yang Anda hirup lebih bersih dan mengurangi penyakit pernafasan.

“Karena sulfurnya rendah, jadi tanggung jawab pemerintah untuk menguranginya. Jadi mulai sekarang rata-ratanya mungkin 60, mungkin lebih rendah dari 100. Dan saya yakin ini akan mengurangi subsidi yang diberikan ke BPJS yang sekarang sebesar Rp 30 triliun,” lanjutnya.

Salah satu kandidat kuat bahan bakar baru tersebut adalah Pertamax Green 92 yang beroktan tinggi atau setara dengan Pertamax biasa, hanya saja bahan bakar tersebut mengandung campuran sari tebu seperti Green 95.

Direktur Utama Pertamina Nike Vidyavati mengatakan, mengingat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memiliki angka oktan minimal yang bisa dijual di angka 91, maka BBM bersubsidi tersebut ​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​adalah 90. Itu akan ditingkatkan dari RON menjadi 92 RON.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *