Bunda Harus Tahu, Bahaya Sharenting, Lindungi Privasi Anak di Era Digital

JAKARTA, VIVA – Baru-baru ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyelenggarakan webinar Makin Cakap Digital episode ke-40 yang mengangkat topik penting privasi digital, khususnya fenomena berbagi – tindakan orang tua berbagi foto dan informasi pribadi. informasi untuk anak-anak dengan anak-anak Anda. Webinar ini dilaksanakan di Ambon, Maluku dengan diikuti oleh berbagai sekolah seperti SD 1 Hunuth, SD INPRES 28 Ambon, Madrasah Ibtidaiyah Waihare dan SMP 13 Ambon. 

Acara yang bertajuk “Hati-hati, lindungi privasi dan informasi pribadi: ketahui bahayanya berbagi” ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat, khususnya orang tua dan guru, tentang pentingnya melindungi privasi anak di dunia digital. Fokus latihannya adalah sharing, yaitu perilaku orang tua atau wali yang berlebihan membagikan informasi atau foto anaknya di media sosial. Gulir terus.

Fenomena berbagi: antara dokumentasi dan ancaman privasi

Alex Iskandar, Managing Director IMFocus Digital sekaligus keynote speaker webinar ini, memberikan penjelasan detail mengenai fenomena berbagi yang semakin umum di era digital. Ia mengatakan, meski tujuan awal orang tua adalah mendokumentasikan momen-momen penting anak, namun dalam jangka panjang kebiasaan tersebut dapat membahayakan privasi anak.

“Berbagi sudah menjadi tren saat ini, tidak bisa dihindari, tapi bisa dibatasi,” kata Alex. 

Ia menekankan bahwa media sosial seringkali menjadi semacam buku harian digital bagi para orang tua, namun kenyataannya banyak yang tidak menyadari bahaya dari perilaku tersebut. Berbagi foto atau informasi tentang anak tanpa memahami sepenuhnya dampaknya dapat menimbulkan berbagai masalah, mulai dari pelanggaran privasi hingga potensi penyalahgunaan data oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

Alex juga menyoroti risiko jangka panjang dari berbagi, seperti risiko pencurian identitas anak, pihak ketiga yang menggunakan informasi pribadi tanpa sepengetahuan orang tua, dan dampak psikologis pada anak saat mereka tumbuh dewasa dan menyadari bahwa ada banyak aspek dalam kepribadian mereka. . kehidupan menyebar di Internet.

“Realitas dari berbagi adalah kita tahu bahwa hal itu berbahaya dan berisiko, namun kita tetap melakukannya. “Kalau tidak bisa dihindari, lebih baik diselesaikan, karena akibatnya anak jadi kesal, hubungan jadi tidak harmonis, dan yang paling parah, anak jadi frustasi,” tambah Alex.

Ia menekankan pentingnya kehati-hatian saat membagikan momen pribadi anak di media sosial. Orang tua disarankan untuk meminta persetujuan anak, terutama jika anak sudah cukup umur untuk memahami tindakan tersebut. Hal ini tidak hanya menghormati privasi anak, namun juga menciptakan situasi win-win di mana kedua belah pihak merasa nyaman.

Bahaya berbagi dalam konteks etika digital

Tatty Aprilyana, wirausaha, fasilitator dan spesialis sumber daya, berbagi sumber daya mengenai etika digital dalam konteks berbagi. Ia menegaskan, berbagi informasi tentang anak di dunia digital harus dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab. Dalam pemaparannya, Tatty menjelaskan bahwa Internet mempunyai ingatan yang panjang, sehingga apa yang dibagikan saat ini mungkin dapat diakses atau digunakan di kemudian hari.

Menurut Tatta, orang tua harus mempertimbangkan dampak psikologis dari berbagi konten, terutama bagi anak-anak yang belum menyadari dampak jangka panjang dari penggunaan media sosial yang berlebihan. Dia menambahkan, penting untuk mencapai keseimbangan antara menunjukkan kebahagiaan keluarga dan melindungi privasi anak.

Tips dan langkah untuk mencegah berbagi

Terakhir, Alex Iskandar menawarkan beberapa tips praktis bagi orang tua tentang cara mengurangi risiko berbagi:

1. Pilih konten

Tidak semua momen layak untuk dibagikan. Pilih jangka waktu yang tidak berisi informasi pribadi sensitif seperti lokasi, nama, atau detail aktivitas anak Anda yang dapat menyesatkan.     2. Gunakan pengaturan privasi yang sesuai

Pastikan akun media sosial Anda memiliki pengaturan privasi yang ketat sehingga hanya orang-orang tertentu saja yang bisa melihat konten yang Anda bagikan.

3. Libatkan anak dalam pengambilan keputusan

Jika anak Anda sudah cukup besar, libatkan dia dalam keputusan mengirim foto atau video. Ini akan membantu anak-anak merasa dihargai dan memahami pentingnya privasi mereka sendiri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *