Stigma Suku Cadang Motor Copotan Hasil Curian, Benarkah?

Bogor, VIVA – Suku cadang sepeda motor bekas masih menjadi pilihan banyak orang karena harganya yang lebih murah dibandingkan membeli baru atau original.

Bagi sebagian pengguna sepeda motor, membeli suku cadang bekas bisa menjadi solusi yang lebih hemat.

Namun pembelian suku cadang bekas seringkali mendapat stigma negatif, yaitu suku cadang sepeda motor hasil curian.

Stigma tersebut muncul karena banyaknya kasus sepeda motor curian yang dibongkar dan dijual satuan di pasar suku cadang bekas.

Jahul, selaku dealer suku cadang kopotan di Sasak Panjang, Bogor, tak memungkiri adanya stigma terhadap komponen sepeda motor kopotan.

“Iya banyak yang berpendapat begitu, tapi di Sasak Panjang sendiri tidak ada yang seperti itu yang dicuri atau apalah,” ujarnya saat ditemui VIVA di Bogor.

Menurutnya, di wilayah Sasak Panjang sendiri sudah ada penindakan dari pemerintah setempat.

“Di sini kita sudah ditertibkan oleh bupati, ketua RT, ketua RV, jadi tidak boleh ada yang seperti itu (barang curian). Misalnya kalau di sini ada masalah (dealer suku cadang mobil .pakai), mereka tidak akan tertolong kalau juga mau jelek, tidak ditutupi,” jelasnya. 

Jahul juga mengatakan, memang ada oknum yang menjual suku cadang bekas melalui keuntungan palsu. Hal inilah yang menyebabkan munculnya stigma buruk.

“Sebenarnya bisa dilakukan oleh satu atau dua orang (orang), tapi pedagang lain juga ikut terdampak,” kata Jahul. 

Ia mengatakan, suku cadang sepeda motor bekas yang dijual tersebut merupakan hasil penjualan sepeda motor rusak atau rejeksi masyarakat ke diler resmi. 

“Barang-barang tersebut sebenarnya kami dapat dari masyarakat yang menjual sepedanya yang rusak, sehingga tidak mau memperbaikinya sehingga dijual saja,” ujarnya.

Ia menambahkan: “Jadi barang bekas itu juga kami peroleh dari diler resmi sepeda motor Honda atau Yamaha. Barang-barang yang sudah tidak terpakai atau rusak biasanya diberikan kepada kami untuk dijual.”

Jahul juga mengungkapkan, sebenarnya pihaknya sudah tidak peduli lagi dengan stigma tersebut karena sudah lama hilang.

“Kalau nama baik kita sudah jelek, jadi kita tidak bisa berbuat apa-apa. Masyarakat tahu kalau kita jual suku cadang bekas curian, padahal tidak. Ya, kita dalam tahap menerima kalau ada yang melihat begitu. tutupnya. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *