UI Konsern Tegakkan Kesetaraan Gender Lewat Edukasi Kesehatan Hingga Pengembangan Ekonomi

Depok, VIVA – Universitas Indonesia (UI) ingin menjadikan pengarusutamaan gender sebagai prioritas. Berbagai metode telah diterapkan, termasuk pendidikan, pelatihan dan mendorong pembangunan ekonomi.

Wakil Rektor UI Bidang Riset dan Inovasi, drg. Nurtami mengatakan, pengarusutamaan gender menjadi fokus UI dalam hal riset dan inovasi. Salah satu capaiannya adalah terselenggaranya lokakarya Rencana Aksi Kesetaraan Gender di Universitas Indonesia tahun 2024 dengan dukungan Asian Development Bank (ADB). Tujuannya adalah untuk memungkinkan penelitian antarmuka pengguna menuju inovasi lebih lanjut. Konten yang menjadi fokus adalah pendekatan pengarusutamaan gender.

“Perguruan tinggi dianggap sebagai agen yang seharusnya mengatasi persoalan pengarusutamaan gender. Semua pemeringkatan dunia yang terkait dengan perguruan tinggi selalu menghargai apa yang telah kita lakukan di bidang pengarusutamaan gender,” kata Nurtami, Senin, 23 September 2024.

Kelompok pengarusutamaan gender telah didukung di sektor inovasi antarmuka pengguna dan sektor layanan publik. Isu terkait kesehatan kanker payudara, kesehatan mulut ibu hamil, dan kelompok perempuan yang berhasil dalam pembangunan ekonomi melalui teknologi dan digitalisasi kemudian dibahas.

“Mengatasi permasalahan terkait perempuan seperti kekerasan seksual dan perundungan yang masih sering terjadi. Upaya pencegahan deteksi dini kanker payudara juga perlu ditingkatkan dan didiskusikan,” ujarnya.

Ahmad Gamal, Direktur Taman Inovasi dan Antarmuka Pengguna Sains dan Teknologi, menambahkan sebagai tridharma pendidikan, User Interface tidak hanya fokus pada ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Namun, bagaimana ilmu pengetahuan dan teknologi dapat mempengaruhi masyarakat?

“Kesetaraan gender, disabilitas, dan status ekonomi hanyalah dimensi kecil dari tanggung jawab sosial. Oleh karena itu, kami berkomitmen terhadap apa yang dihasilkan di universitas, dan harus menyelesaikan permasalahan masyarakat. “Salah satunya tentang kesetaraan gender, maka kami mendatangkan sejumlah pengembang teknologi ke perguruan tinggi untuk memikirkan aspek gender kemudian menyelesaikan permasalahan tersebut,” ujarnya.

Lima tahun lalu, misi penelitian inovasi UI disebut terfokus pada 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, salah satunya adalah kesetaraan gender. Agar kedepannya tidak ada lagi permasalahan diskriminasi gender di berbagai bidang kehidupan. Ia juga tidak ingin penelitian-penelitian inovatif UI hanya menjadi menara gading, namun berharap dapat menyelesaikan permasalahan nasional dan internasional.

“Jika ini adalah tujuan nasional, antarmuka pengguna adalah salah satu anggota ekosistem yang lebih besar. Lantas kalau ditanya, apakah permasalahan tersebut sudah selesai di Indonesia? Mungkin tidak semuanya, tapi ada dampaknya.” Buktinya UI merupakan salah satu dari sedikit perguruan tinggi di Indonesia yang masuk dalam Time Higher Education (THE),” ujarnya.

Selain itu, perlu dicatat bahwa program kesetaraan gender yang didirikan oleh UI sangat terlihat dan mengatasi tantangan di banyak bidang sasaran. Dalam hal ini penelitian dan inovasi peneliti ditujukan untuk melaksanakan dan mengatasi permasalahan yang ada di masyarakat.

 “Yang aktif kami lakukan saat ini adalah bagaimana hasil penelitian prototype tersebut digunakan di masyarakat untuk meningkatkan kesetaraan gender,” ujarnya.

Secara khusus, Gamal mengatakan, penelitian kanker payudara secara publik diharapkan dapat menjangkau masyarakat umum, khususnya para ibu. Menjadikan informasi mengenai deteksi dini kanker payudara lebih mudah diakses oleh semua kalangan, tidak hanya beberapa kelompok masyarakat saja.

 “Mungkin sampai saat ini informasi tentang kanker hanya dimanfaatkan oleh kuda. “Padahal masyarakat menengah ke bawah seharusnya mendapat informasi yang sama,” tegasnya.

Gamal mengatakan interaksi antara peneliti dan pelayanan publik sangat penting untuk diseminasi temuan penelitian. Dengan cara ini, permasalahan yang ada di masyarakat dapat diselesaikan dengan baik.

 “Jadi ada peneliti yang melakukan penelitian dan penerbitan, kemudian inventor yang mengembangkan teknologi, dan pekerja sosial yang terbiasa berinteraksi dengan masyarakat. Ketiga hal itu biasanya dilakukan secara terpisah di universitas lain, tapi di UI kita nyambung. Jadi kita punya misi yang sama, ujarnya.

Guru pengabdian sekaligus Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Prof.Dr.dr. Nurvati Sutandyo menambahkan, sangat penting bagi perempuan untuk mengetahui deteksi dini penyakit kanker. Sehingga angka harapan hidup menjadi lebih tinggi.

“Keuntungan dari deteksi dini adalah pasien dapat dideteksi sejak dini, yang berarti tingkat pengobatannya tinggi, pengobatannya cepat, murah, dan kualitas hidupnya baik. Oleh karena itu, deteksi dini sangat penting,” ujarnya.

Ia mengatakan, kesadaran deteksi dini di Indonesia saat ini masih rendah. Salah satu faktornya adalah rendahnya tingkat pendidikan yang mempengaruhi cara berpikir.

 “Karena masyarakat Indonesia tidak mau tahu, takut kalau dicek malah ketahuan. Ini kelemahan kita, karena tingkat pendidikannya cukup rendah. Kalau ke luar negeri, orang ingin tahu, jadi di luar negeri ada adalah kanker stadium awal” – katanya.

Ia mengatakan, 3 dari 100 wanita di dunia menghadapi penyakit kanker karena beberapa faktor. Misalnya gaya hidup dan genetika.

“Risiko terpaparnya tergantung gaya hidup, apakah dia perokok atau pecandu alkohol, obesitas, punya riwayat kanker dalam keluarga, atau mungkin orang malas yang tidak pernah berolahraga, dan makanan juga menjadi faktor risikonya. makanan berlemak, daging merah dan makanan manis meningkatkan faktor risiko. Menurut data luar negeri, kurang lebih 3 dari 100 orang di dunia mengidapnya,” jelasnya.

Untuk mencegah risiko kanker payudara, Nurvati menyarankan para ibu untuk menyusui anaknya hingga usia dua tahun. Kemudian makan makanan sehat dan olah raga yang giat. Yang tak kalah penting, lanjutnya, perempuan juga didorong untuk berobat guna mengurangi stres yang ditimbulkan kanker.

“Untuk pencegahan jangan ragu menyusui sampai 2 tahun, menghindari faktor risiko, pola makan sehat, olah raga, buah-buahan dan pengobatan, mengurangi stres itu penting karena merupakan faktor penyebab kanker,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *