Amerika Salah Besar, Rudal Fattah-2 Iran Mampu Hancurkan Radar Canggih Israel

Titik Kumpul – Berbagai video menunjukkan ratusan rudal militer Iran menghantam beberapa wilayah di Israel. Salah satunya adalah rudal balistik hipersonik jarak menengah Fattah-2 yang mencetak sejarah dalam serangan tersebut.

Menurut laporan militer Titik Kumpul dari The Jerusalem Post, rudal Fattah-2 merupakan senjata yang dikembangkan dan digunakan langsung oleh unit elit Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran.

Memanfaatkan Fattah-2, militer Iran kembali menyerang wilayah Israel dengan menyasar instalasi dan infrastruktur Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di wilayah Negev dan Tel Aviv pada Selasa 1 Oktober malam waktu setempat.

Dalam laporan lain yang dikutip Titik Kumpul Military dari Kantor Berita Mehr, sebuah rudal Fattah-2 berhasil menghancurkan peralatan tempur militer berteknologi tinggi Israel untuk pertama kalinya.

Perlengkapan tentara Zionis yang bertujuan untuk menghilangkan rudal Iran adalah radar pemandu rudal anti balistik Arrow 2 dan Arrow 3 yang diproduksi oleh Israel dan Amerika Serikat (AS).

Laporan ini membantah klaim Dewan Keamanan Nasional AS bahwa sebagian besar rudal Iran berhasil dicegat dan ditembak jatuh oleh Iron Dome dan rudal yang ditembakkan dari kapal perang AS.

Titik Kumpul Armata memberitakan dalam pemberitaan sebelumnya, Juru Bicara Dewan Keamanan AS, Jake Sullivan, menyebut senjata yang digunakan Iran tidak efektif dan mudah dihentikan.

Tampaknya (serangan rudal balistik Iran ke Israel) telah dikalahkan dan tidak efektif, kata Sullivan seperti dikutip kantor berita Titik Kumpul Military dari Anadolu Agency Turki.

Bahkan, menurut Sullivan, penyelidikan yang dilakukan militer Israel bekerja sama dengan AS tidak menemukan adanya korban dalam serangan tersebut. Sementara Iran disebut telah menembakkan sekitar 180 rudal.

“Kami terus bekerja sama dengan IDF dan otoritas Israel untuk menilai dampak serangan tersebut. “Tetapi pada titik ini, saya tekankan bahwa kami tidak mengetahui adanya kematian di Israel,” kata Sullivan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *