Harris Nasution, Koreografer di Balik Tarian Kolosal MotoGP Mandalika 2024

Lombok, VIVA – Sebanyak 250 penari asal Nusa Tenggara Barat (NTB) menampilkan tarian kreasi Nusantara pada Indonesia MotoGP Pertamina Grand Prix Series 2024 yang digelar di Pertamina Mandalika International Street Circuit di Kuta, Praya, Lombok Tengah baru-baru ini. Atraksi budaya ini berlangsung sebelum perlombaan dimulai dan menyuguhkan perpaduan seni dan olahraga yang memukau penonton lokal dan internasional.

Tarian tersebut digelar untuk menyambut dan memeriahkan ajang balap MotoGP, sekaligus sebagai kesempatan menampilkan kekayaan budaya Indonesia kepada dunia. Gulir terus, oke? 

Pertunjukan tahun ini lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang jumlah penarinya bertambah dari 150 menjadi 250 orang. Unsur budaya dari Sabang hingga Marauka dihadirkan secara harmonis, menggambarkan keberagaman budaya Indonesia dalam satu panggung spektakuler.

Sutradara, koreografer dan pengawas tarian besar ini, Harris Nasushan, bertanggung jawab penuh atas acara kebudayaan ini. Mantan murid Guru Sukarno Putra pada tahun 1990-an, Harris sudah lama dikenal karena kecintaannya terhadap tari tradisional Indonesia yang ia kembangkan sejak sekolah dasar.

“Tarian ini mewakili keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia, Zamrud Khatulistiwa. Oleh karena itu, wisatawan atau tamu yang hadir saat itu dapat melihat keindahan budaya Indonesia melalui tarian tersebut,” kata Harris.

Penampilan mereka menampilkan berbagai tarian daerah dari seluruh nusantara. Dari tari tradisional NTB seperti Tari Gendang Belek dan Tari Perang, tari Gandrang Sasak yang merupakan perpaduan budaya NTB dan Bali, tari Bedhaya dari Jawa Tengah dan tari Tanggul khas Kalimantan. Tarian tradisional lainnya seperti Reog Ponorogo Jawa Timur dan tari khas Batawi menghiasi panggung budaya.

Tak hanya itu, penampilan masif juga dimeriahkan penampilan penyanyi Nubia Bhamid yang membawakan lagu kebangsaan Indonesia Raya bersamaan dengan pengibaran bendera atau color guard. Kehadiran Puteri Indonesia NTB menambah kemeriahan acara tersebut.

“Indonesia kaya akan suku, budaya, dan tariannya. Jadi kita ingin menunjukkan kekayaan itu secara besar-besaran kepada tamu-tamu asing yang datang. Sekalipun dari wisatawan lokal, mereka diingatkan bahwa kita adalah negara yang kaya. Budaya,” dia menambahkan. Haris. Harris mengaku butuh waktu sekitar satu bulan untuk mempersiapkan 250 penari yang terlibat. Mulai dari pembuatan konsep hingga latihan panggung, pemilihan kostum, koreografi dan desain bersama Injerni Tourism Development Corporation (ITDC).

“Tarian ini efektif untuk latihan sekitar enam hari, selebihnya kami paling banyak berlatih,” kata Harris.

Meski penarinya sebagian besar adalah pelajar dari sekolah-sekolah seperti SMA dan sanggar tari lokal, serta penari lain dari Jakarta, Harris senang dengan hasil kerja kerasnya. Seluruh penari mampu mengikuti proses latihan dan instruksi dengan baik sehingga pertunjukan berjalan lancar sesuai skenario yang telah disiapkan.

“Saya bersyukur diberikan kesempatan untuk menampilkan budaya Indonesia melalui tarian dan pertunjukan masif ini. Saya berharap dapat membawa Indonesia lebih mendunia,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *