Titik Kumpul, Jakarta – Transformasi digital merupakan salah satu cara untuk memperluas peluang dan memperbaiki lingkungan secara keseluruhan bagi para penyandang disabilitas.
Olahraga dan aktivitas fisik lainnya juga tidak dapat dipisahkan dari seni. Garmin dikenal sebagai perangkat yang menunjang aktivitas fisik dan kesehatan.
Olahraga teratur terbukti membantu mencegah dan mengobati penyakit tidak menular seperti jantung, stroke, diabetes, dan hipertensi.
Selain itu, olahraga dapat meningkatkan kesehatan mental, kualitas hidup, dan kesejahteraan.
Garmin juga berharap dapat menghilangkan stigma dan hambatan yang sering dihadapi penyandang disabilitas saat berpartisipasi dalam olahraga.
Semangat tersebut ditunjukkan pada ajang Garmin Run 2024 yang digelar baru-baru ini di ICE BSD, Tangerang, Banten. Herlina Delima Angelina Lumban Gaol, salah satu penyandang disabilitas anggota GRC Indonesia (Garmin Running Club) yang juga merupakan penyandang disabilitas, mulai serius berlari sejak merebaknya Covid-19.
“Di sana (GRC) saya mendapat nasehat bagaimana melakukan pemanasan untuk latihan, memilih lari dengan kecepatan (lari atau tempo) tertentu, relaksasi, dan nasehat untuk membantu meningkatkan performa saya,” ujarnya.
Herlina terdorong untuk mengikuti Garmin Run 2024 karena selain ingin menantang dirinya sendiri, ia juga ingin melihat bagaimana ia bisa memacu kemampuan berlarinya.
“Program (Garmin Run) mencakup pelatihan intensif selama tiga bulan, menetapkan target lari harian, dan berenang,” ujarnya.
Tak hanya itu, acara ini juga diikuti oleh 11 peserta dari tim Cue Runner.
Ricendy Januardo, mewakili kategori 10K, dan Siti Rodiah, mewakili kategori 5K, dengan senang hati berpartisipasi dalam Garmin Run dan mendapatkan manfaat dari informasi penting yang diberikan sebelum permulaan, seperti interpretasi bahasa isyarat dan layar utama. sehingga mereka dapat merencanakan perjalanan tanpa kehilangan apa pun.
Ada pula pelari dari Persatuan Bola Basket Kursi Roda Swift Jakarta dan Komunitas PPDI (Persatuan Penyandang Disabilitas Seluruh Indonesia) yang sakit dan menggunakan kursi roda menjadi yang pertama mengikuti lomba lari 5 km seperti pelari lainnya.