Kenapa Gen Z Lebih Sering Begadang? Ini 7 Penyebabnya yang Perlu Kamu Tahu

VIVA – Tidur sudah menjadi kebiasaan di kalangan Gen Z di Indonesia. Menurut sebuah penelitian terbaru, banyak anak muda yang lebih memilih untuk tidur larut malam atau tidak tidur sama sekali, padahal mereka tahu hal tersebut berdampak buruk bagi kesehatannya. Kebiasaan ini menimbulkan masalah serius, seperti kurangnya produktivitas di sekolah atau bekerja, serta meningkatkan risiko penyakit fisik dan mental.

Dengan terbangun terus-menerus, dampak negatifnya tidak hanya terlihat di pagi hari saat merasa lelah, tapi juga dalam jangka panjang. Kurang tidur menyebabkan stres, kecemasan, penurunan kekebalan tubuh, dan terkadang meningkatkan risiko penyakit kronis.

Sayangnya, kesadaran akan bahaya tersebut masih rendah di kalangan Gen Z. Terlebih lagi, banyak dari mereka yang merasa terjebak dalam kondisi tersebut, dan sulit menemukan cara untuk memperbaikinya.

Untuk mengatasi masalah ini, penting untuk memahami akar penyebab mengapa Gen Z begitu sering berbohong. Ketika kita mengetahui alasan di balik kebiasaan tersebut, kita dapat menemukan solusi yang lebih baik. Mari kita lihat 7 alasan utama mengapa Gen Z cenderung menunda-nunda dan cara mengatasinya 1. Pengaruh media sosial dan FOMO (Fear of Missing Out)

Salah satu alasan utama mengapa Gen Z begitu sering bertahan adalah pengaruh kuat media sosial. Platform seperti Instagram, TikTok, Twitter, dan lainnya selalu aktif sepanjang hari, sehingga membuat mereka merasa perlu untuk tetap terhubung. Faktor FOMO (Fear of Missing Out) membuat mereka termotivasi untuk selalu up-to-date, takut ketinggalan informasi atau peristiwa penting.

Di Indonesia, kebiasaan menelusuri media sosial pada malam hari merupakan hal yang lumrah. Gen Z cenderung menghabiskan lebih banyak waktu untuk menonton teks, video, atau bersosialisasi dengan teman dekatnya. Akibatnya, waktu tidur pun terus berkurang. Kursus atau Praktek Kerja dan Stres

Tekanan akademis dan profesional juga menjadi faktor utama penyebab Gen Z sering begadang. Sebagai generasi yang tumbuh dalam lingkungan yang kompetitif, banyak dari mereka yang merasa perlu bekerja keras untuk mencapai pendidikan atau kariernya.

Di Indonesia, Gen Z seringkali menghadapi banyak tekanan di sekolah, universitas, atau pekerjaan. Seringkali mereka harus menyelesaikan pekerjaan berat pada larut malam atau dini hari. Seringkali, tuntutan berlebihan ini menyebabkan kelelahan, yang meningkatkan rasa kantuk 3. Disrupsi Teknologi dan Hiburan Digital

Selain media sosial, berbagai bentuk hiburan digital juga berperan dalam membuat Gen Z tetap terjaga melalui game online, media sosial seperti Netflix, dan aplikasi hiburan nonstop lainnya yang memikat mereka untuk tetap terjaga lebih lama.

Gen Z di Indonesia cenderung terpapar hiburan digital, di mana mereka menghabiskan waktu berjam-jam bermain game atau menonton serial favoritnya. Hal ini menyebabkan kelalaian pada waktu tidur, dan pola tidur menjadi tidak teratur. Kurang tidur karena kebiasaan buruk

Kebiasaan buruk juga berkontribusi terhadap pola tidur Gen Z. Banyak di antara mereka yang tidak memiliki jadwal tidur teratur. Menggunakan gawai sebelum tidur juga menyebabkan cahaya biru menekan produksi melatonin, hormon yang mengatur tidur.

Selain itu, mengonsumsi terlalu banyak kafein, terutama minuman berenergi atau kopi, juga meningkatkan masalah ini. Kafein yang dikonsumsi pada sore atau malam hari membuat mereka tetap terjaga dan sulit tidur. Perubahan kesehatan selama epidemi

Pandemi COVID-19 telah menyebabkan banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat, termasuk Gen Z. Work From Home (WFH) dan School From Home (SFH) telah mengubah rutinitas sehari-hari, termasuk pola tidur. Tanpa batasan yang jelas antara bekerja, belajar, dan bersantai, banyak Gen Z yang banyak menghabiskan waktunya di depan layar hingga malam tiba.

Di Indonesia, perubahan ini sangat jelas terlihat, dimana banyak generasi Z yang merasa ketinggalan jaman dan kesulitan mempertahankan pola tidur normal selama pandemi6. Pengaruh Sosial dan Budaya

Lingkungan juga berperan penting dalam keinginan Gen Z untuk bermalam di Indonesia, banyak aktivitas sosial seperti jalan-jalan atau bersosialisasi yang dilakukan pada malam hari. Karena budaya tersebut, Gen Z terbiasa bekerja pada malam hari, baik untuk bertemu temannya atau menghadiri acara lainnya.

Selain itu, norma sosial dan ekspektasi budaya juga mendorong mereka untuk tetap terjaga di malam hari, meskipun hal tersebut seringkali berdampak negatif pada pola tidur mereka.7. Gangguan Kesehatan Mental dan Kecemasan

Kesehatan mental yang buruk juga menjadi faktor utama yang mendorong Gen Z lebih sering berdiam diri di rumah. Kecemasan, depresi, dan masalah kesehatan mental lainnya sering kali memengaruhi tidur. Banyak Gen Z yang merasa cemas atau khawatir terhadap masa depan, pekerjaan, atau kehidupan pribadinya.

Di Indonesia, banyak anak muda yang mengalami gangguan tidur akibat kecemasan yang meningkat. Stres ini membuat mereka sulit tidur nyenyak, atau bahkan menyebabkan mereka terlalu banyak tidur

Untuk mengatasi masalah ini, penting bagi Gen Z untuk mulai mengubah kebiasaannya secara bertahap. Berikut beberapa tips yang dapat digunakan: 1. Buatlah jadwal tidur yang teratur

Menjaga jadwal tidur yang konsisten adalah salah satu kunci terpenting untuk mendapatkan tidur yang nyenyak. Dengan tidur dan bangun di waktu yang sama setiap harinya, tubuh akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan pola tersebut. Kebiasaan ini membantu mengatur ritme sirkadian, yaitu mirip dengan jam biologis tubuh yang mengontrol kapan kita tertidur dan terjaga.

Untuk memulai, pilihlah waktu tidur dan waktu bangun yang realistis dan sesuai dengan rutinitas harian Anda. Konsisten dengan rutinitas ini juga dapat membantu meningkatkan energi dan produktivitas sepanjang hari. Hindari begadang agar tubuh terbiasa dengan jadwal tidur yang baik 2. Batasi screen time sebelum tidur

Membatasi jumlah waktu yang dihabiskan sebelum tidur merupakan langkah penting dalam meningkatkan kualitas tidur. Cahaya biru yang dipancarkan layar gadget seperti ponsel, tablet, atau komputer dapat menekan produksi melatonin, hormon pengatur bulan. Untuk mendapatkan tidur malam yang nyenyak, usahakan mematikan perangkat setidaknya 1-2 jam sebelum tidur.

Gunakan waktu ini untuk melakukan aktivitas yang lebih tenang seperti membaca buku, bermeditasi, atau mendengarkan musik yang tenang. Dengan begitu, tubuh Anda akan lebih siap untuk istirahat, dan Anda akan melihat kemajuan yang lebih baik secara keseluruhan. Manajemen stres yang lebih baik

Manajemen yang baik sangat penting untuk menjaga kesehatan mental dan fisik, terutama bagi Gen Z yang sering menghadapi tekanan studi atau pekerjaan. Salah satu cara terbaiknya adalah dengan menggunakan teknik relaksasi seperti meditasi dan yoga. Meditasi membantu menenangkan pikiran, meningkatkan fokus, dan mengurangi kecemasan.

Sedangkan yoga memadukan pernapasan dalam dan gerakan fisik untuk mengendurkan otot dan pikiran. Dengan melakukan kedua cara ini secara rutin, stres dapat dikelola dengan lebih baik, tidur lebih nyenyak, dan kualitas hidup secara keseluruhan meningkat 4. Kurangi asupan kafein

Mengurangi asupan kafein merupakan langkah penting untuk meningkatkan kualitas tidur, terutama bagi generasi Z yang tidur. Minuman berkafein seperti kopi, teh atau minuman berenergi dapat mempengaruhi sistem saraf dan mengganggu produksi hormon melatonin yang penting untuk tidur.

Untuk menghindari masalah tersebut, disarankan untuk membatasi konsumsi kafein, terutama pada sore hari. Tubuh membutuhkan waktu sekitar 6 jam untuk memproses kafein, sehingga minuman berkafein yang dikonsumsi pada sore atau malam hari dapat menyebabkan sulit tidur. Gantikan minuman atau air untuk tidur yang lebih nyenyak. Ciptakan tempat yang nyaman untuk tidur

Untuk mendapatkan tidur malam yang nyenyak, pastikan kamar tidur bersih, rapi dan bebas kebisingan. Gunakan tirai anti tembus pandang untuk menghalangi cahaya dan pilih kasur yang menunjang kenyamanan tubuh Anda. Pertimbangkan untuk menambahkan filter atau tanaman hias untuk membantu menjaga kualitas udara.

Suhu ruangan juga berperan; usahakan berada di kisaran dingin agar tidak mengganggu kenyamanan. Selain itu, hindari penggunaan alat sebelum tidur untuk meredam sinar biru, agar tubuh lebih rileks dan siap istirahat.

Memahami alasan dibalik kebiasaan tidur Gen Z sangat penting untuk menemukan solusi yang tepat. Mulai dari media sosial hingga akademisi, berbagai hal mempengaruhi tidur mereka.

Dengan menerapkan kebiasaan baik, seperti menjaga jadwal tidur teratur, mengurangi penggunaan perangkat sebelum tidur, dan mengelola stres dengan lebih baik, Gen Z dapat mulai meningkatkan kualitas tidurnya. Tidur yang cukup tidak hanya penting untuk kesehatan fisik, tetapi juga untuk kesehatan mental dan produktivitas jangka panjang. Yuk mulai jaga tidurmu agar kesehatannya lebih baik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *