Sandiwara Gencatan Senjata dengan Hizbullah, Netanyahu Khianati Nasrallah

VIVA – Kebenaran di balik kematian Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah terungkap setelah hampir dua minggu. Rupanya Israel menyetujui gencatan senjata sebelum Nasrallah terbunuh.

Nasrallah tewas dalam serangan udara Israel di kawasan Dahieh, distrik Baabda, Beirut, Lebanon, Jumat, 27 September 2024.

Selain Nasrallah, Brigadir Jenderal Abbas Nilforoushan, wakil operasi Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, juga tewas dalam serangan itu.

Dalam laporan yang dikutip VIVA Military Middle East Eye, Menteri Luar Negeri Lebanon, Abdullah Bou Habib, mengungkapkan bahwa Nasrallah telah mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan Israel sebelum dia terbunuh.

Kesepakatan antara Nasrallah dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dicapai tak lama sebelum orang nomor satu Hizbullah terbunuh.

Yang paling meyakinkan, Amerika Serikat (AS) juga mengetahui hal tersebut. Presiden AS Joe Biden dan Presiden Prancis Emmanuel Macron menyerukan gencatan senjata selama 21 hari.

“Mereka memberi tahu kami bahwa Tuan Netanyahu menyetujui hal ini. Jadi kami juga mendapat dukungan dari Hizbullah untuk itu. Anda tahu apa yang terjadi sejak itu,” kata Bou Habib.

“(Amerika Serikat) juga menyetujui pernyataan Biden-Macron yang menyerukan gencatan senjata selama 21 hari,” kata CNN, menurut militer VIVA.

Kesepakatan itu ternyata hanya tipuan belaka oleh pemerintahan Zionis Netanyahu. Pemimpin Tertinggi Revolusi Iran, Ayatollah Khamenei, mengetahui hal ini, dan segera mengirimkan utusan untuk memberi tahu Hizbullah.

Strategi Israel adalah satu-satunya cara untuk membunuh Nasrallah. Di sisi lain, Foroushan yang merupakan utusan Khamenei tidak memberi tahu Nasrallah. Foroushan juga tewas dalam serangan itu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *