Titik Kumpul Tekno – Perkembangan teknologi di Indonesia berkembang pesat dan kini setiap perangkat mudah terhubung. Dari Kecerdasan Buatan (AI), (Internet of Things/IoT), hingga 5G.
Faktanya, kemudahan teknologi telah merambah ke aktivitas manusia yang paling mendasar, seperti gaya hidup.
Namun penggunaan teknologi terkini memerlukan kehati-hatian dan keamanan yang tinggi dari penggunanya.
Hal ini karena penjahat dunia maya atau peretas menyadari peluang yang dibuka oleh teknologi baru untuk melakukan aktivitas jahat.
Misalnya, pada tahun 2023 terdapat sekitar 30 juta ancaman siber terhadap konsumen di Indonesia.
Menurut laporan terbaru Kaspersky, 29.426.930 deteksi serangan siber berhasil diblokir dari Januari hingga Desember 2023.
Jumlah ini turun 28,3 persen dari 41.039.452 deteksi pada periode yang sama tahun 2022. Secara keseluruhan, 31,4 persen konsumen terkena ancaman web antara bulan Januari dan Desember tahun lalu.
Indonesia berada di peringkat 86 dunia dalam hal ancaman penjelajahan web.
Memanfaatkan kerentanan di browser, plug-in (mengunduh melalui disk), dan rekayasa sosial tetap menjadi cara utama penjahat dunia maya menyusup ke sistem dengan niat jahat.
Kaspersky mencatat mayoritas serangan siber terhadap pengguna online di Indonesia terjadi pada tahun 2021.
Hal ini dapat dikaitkan dengan peralihan yang dilakukan oleh banyak perusahaan internal ke sistem kerja jarak jauh, yang telah menimbulkan kekhawatiran terhadap keamanan siber.
Di sisi lain, Kaspersky mencatat pandemi Covid-19 di Indonesia pada tahun lalu merupakan yang paling sedikit terdeteksi sejak muncul pada awal tahun 2020.
Insiden dunia maya terhadap individu dan organisasi semakin sedikit dalam beberapa tahun terakhir.
Keamanan siber di Indonesia telah mengalami perubahan signifikan dalam beberapa tahun terakhir, kata Yeo Siang Tiong, General Manager Kaspersky Asia Tenggara.
Dia mendesak semua industri untuk secara teratur membangun sistem pertahanan siber seiring dengan peningkatan kewaspadaan pemerintah terhadap serangan siber.
“Kurangnya ancaman siber yang terdeteksi di Indonesia seharusnya tidak menimbulkan rasa percaya diri. Faktanya, peretas akan memperkenalkan eksploitasi baru pada perangkat seluler, perangkat wearable, dan perangkat pintar,” ujarnya pada 5 Februari 2024.