Jakarta, Titik Kumpul – Dr Oky Pratama dan Dr Richard Lee membeberkan skandal perawatan kulit palsu di media sosial. Seorang dokter kecantikan siap memberantas mafia perawatan kulit yang bertujuan menjual produk perusak kulit. Nyatanya, Terbukti banyak label yang menghilangkan atau menuliskan bahwa isi kemasan tidak sesuai dengan jumlah sebenarnya pada produk.
Perawatan kulit buatan memang diketahui sangat berbahaya karena kerusakan jangka panjangnya. Produk yang salah dapat merusak kulit dan menimbulkan penyakit kulit yang sulit diobati. Mulai dari noda kecil seperti iritasi kulit, muncul banyak jerawat, dan yang paling parah bisa berujung pada kanker kulit.
Hindari produk perawatan kulit palsu. Pastikan untuk membeli produk yang memiliki kredensialnya, termasuk pabrikannya. Hindari membeli produk perawatan kulit dari merek yang pernah mengalami masalah di masa lalu, karena masalah ini bisa terulang kembali.
“Saat membeli suatu produk perhatikan, lihat mereknya, dari mana, dan biasanya dibuat di mana. Apakah ada riwayat sebelumnya,” kata Tiara Meidha Ratu, Marketing and Product, Nasal Herbal Indo. Jakarta, Sabtu 12 Oktober Tahun 2024.
“Kalau terjadi sesuatu, kalau ada pemberitaan atau klaim palsu dan berlebihan, masyarakat akan enggan membeli merek tersebut. Jadi kita harus hati-hati.”
Netizen di media sosial ramai membahas beberapa brand skin care yang berlebihan dalam produknya. Misalnya, Produk perawatan kulit disebutkan mengandung 5 persen niacinamide dan dituliskan pada kemasannya. Sedangkan penelitian laboratorium menemukan kandungan niacinamide hanya 1 persen.
Sayangnya, Hal ini umumnya tidak diketahui. Untuk mengetahui apakah klaim pada kemasan perawatan kulit sesuai dengan isinya; Diperlukan pengujian laboratorium dengan peralatan yang memadai.
“Umumnya masyarakat tidak tahu bahwa mereka menginginkan bukti klinis dari ahli pengujian. Mereka cenderung menempatkannya di laboratorium yang aman, seperti laboratorium GIS,” ujarnya.